Saat anak kita yang masih balita terkena diare, kadang ibu panik, apalagi sampai berhari-hari. Ketika dibawa ke dokter, oleh dokter diberi obat antidiare dan antimuntah serta antibiotik. Padahal sebenarnya tidak perlu pemberian antibiotik. Bagaimana penatalaksanaan diare pada anak, berikut yang disampaikan oleh dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK.,MMPed., dalam buku Q&A Smart Parents for Healthy Children.
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Secara garis besar, penyebab diare akut dibagi dua, yaitu infeksi dan bukan infeksi. Diare yang termasuk infeksi umumnya disebabkan oleh virus, dan ada pula yang penyebabnya bakter, parasit, dan jamur. Diare bukan infeksi dapat disebabkan oleh malabsorpsi, dan alergi makanan, bahkan oleh obat (misalnya antibiotik). Namun umumnya diare akut pada anak disebabkan oleh virus. Apa pun penyebabnya, umumnya tidak butuh obat kecuali oralit.
Jangan beri obat antidiare dan antimuntah. Diare dan muntah adalah mekanisme tubuh untuk membuang kuman, virus, dan racun yang masuk ke usus kita. Usus ibarat suatu saluran pembuangan kotoran. Apabila saluran ini disumbat, kotoran pun akan balik dan semakin lama semakin menumpuk; penyakit pun akan berlangsung lebih lama. Obat antidiare-muntah tidak bermanfaat bahkan bisa menyamarkan (masking effect) penyebab sesungguhnya, sehingga sulit didiagnosis (misalnya apendisitis, karena muntahnya stop, kita pikir sudah sembuh padahal radangnya terus berlangsung). Selain itu, obat-obatan tersebut bisa menimbulkan efek samping yang berbahaya.
Prinsip utama penanganannya adalah mencegah dan menangani dehidrasi. Oleh karena itu, bila anak diare-muntah, perhatikan tanda-tanda dehidrasi. Walau diare lebih dari 10 kali per hari tetapi tidak ada tanda-tanda dehidrasi dan anak masih sadar, tidak perlu khawatir. Tanda-tanda dehidrasi antara lain:
Dehidrasi ringan:
- Mata kering, saat menangis sedikit keluar air mata atau tidak ada air mata.
- Mulut dan bibir lebih kering.
- Buang air kecil sedikit lebih jarang atau sedikit lebih jarang ganti popok.
Dehidrasi sedang-berat:
- Mata cekung.
- Tampak lemas.
- Tampak sangat kehausan.
- Semakin jarang buang air kecil atau ganti popok (popok jarang basah).
- Kulit kering.
Dehidrasi berat:
- Pada bayi di bawah usia 6 bulan, ubun-ubun terlihat cekung.
- Tidak mau minum.
- Tidak buang air kecil lebih dari delapan jam.
- Ketika kulit dijepit di antara dua jari sulit balik kembali ke bentuk asal.
- Sangat lemas sekali, bahkan bisa berkurang kesadaran.
Berikut adalah prinsip penanganan diare:
- Atasi kekurangan cairan dengan memberikan cairan sebanyak mungkin setiap kali anak BAB. Selain ASI/susu, cairan yang dapat diberikan antara lain larutan elektrolit oral (oralit), air sup, air buah, atau air tajin.
- Pada anak berusia > 6 bulan (sudah mendapatkan makanan), tetap berikan makanan dalam jumlah yang lebih sedikit namun lebih sering.
- Jangan beri obat antidiare/muntah.
- Antibiotik tidak diperlukan kecuali bila terbukti penyebabnya adalah amuba atau bakteri jahat yang harus dibunuh dengan antibiotik.
- Cairan infus hanya diberikan apabila anak mengalami dehidrasi berat.
- Hindari makanan tertentu bila diare disebabkan oleh gangguan absorpsi makanan.
- Jaga kebersihan, cuci tangan dengan benar. Itu semua berguna untuk mengatasi penyebaran penyakit.
Cairan elektrolit tidak bisa menggantikan makanan, hanya menggantikan cairan dan elektrolit yang keluar melalui diare-muntah. Oleh karena itu upayakan makanan tetap masuk meski hanya sedikit (tapi jangan dipaksa ya). Pada 24 jam pertama, boleh hanya minum cairan elektrolit, namun setelah 24 jam mulai berikan makanan (porsi kecil) sehingga terpenuhi kebutuhan nutrisi untuk perbaikan usus. Susu jangan diencerkan, karena bisa berkurang kandungan zat nutrisi di dalamnya. Susu rendah laktosa hanya untuk bayi yang terbukti diarenya disebabkan oleh gangguan mencerna laktosa dan mungkin untuk diare kronis, bukan diare akut.