Intisari-Online.com - Memahami konsep rantai makanan juga menjadi faktor penting lainnya dalam membuat palud. Misalnya saat memilih tema hutan hujan atau tepi sungai. Bila merujuk ekosistem aslinya, maka selain ikan, hewan lain yang dipelihara adalah amfibi dan reptil.
Nah, reptil itu terkadang memangsa ikan. Kita harus memberi tempat untuk bersembunyi bagi ikan yang akan dimangsa atau dengan memberi pemangsanya makanan yang mencukupi. “Tapi itu tidak menjamin,” ujar Ariawan, seorang pembuat paludarium.
Bagian penting lainnya adalah memilih tanaman, baik yang hidup maupun yang mati. Untuk tanaman hidup, pemilihan menjadi terbatas pada tanaman yang hanya membutuhkan “cahaya matahari” dalam intensitas rendah.
Maklum, cahaya tidak berasal dari cahaya matahari asli, melainkan dari lampu. Intensitas cahaya yang dikeluarkan lampu tidak dapat menyamai intensitas cahaya matahari. Tumbuhan epifit, seperti anggrek dapat menjadi pilihan karena memang terbiasa menumpang di bawah pohon besar. Sinar matahari buatan ini berguna untuk sarana fotosistesis tanaman.
Untuk tanaman mati, pilihan tidak bisa sembarangan dikarenakan fungsinya yang kompleks. Selain berfungsi untuk menambah keindahan paludarium, tanaman mati berguna untuk sarana tumbuh tanaman epifit dan berbagai aktivitas hewan, mulai dari makan, tinggal, tumbuh, bersembunyi dari pemangsa bahkan juga dapat menjadi tempat untuk bertelur. Khusus untuk reptil dan amfibi, keberadaan kayu-kayu tersebut dapat berfungsi sebagai “pijakan” untuk naik ke darat.
Maka dari itu, batang atau akar dari pohon tua yang sudah mati menjadi pilihan utama. Selain lebih mampu menjadi tempat tanaman epifit tumbuh, pohon tua yang mati juga sudah tidak tumbuh sehingga tidak lagi mengandung getah atau mineral yang dapat meracuni ikan dan membuat air mudah keruh.
Nah, menurut Ariawan, “Disinilah seni harus disesuaikan dengan ekosistemnya. Estetika bertemu dengan fungsi lingkungan.” Oleh karenanya, meski ada fiber yang dapat menggantikan kayu-kayu tersebut, bahkan lebih mudah untuk dibentuk sesuai keinginan, ukiran dan fungsi alami dari kayu-kayu asli tidak bisa tergantikan.
Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi adalah air dan tata letak. Sistem filtrasi sangat berperan penting untuk menjaga kualitas air untuk itu pemilihan dan pemasangan sistem filtrasi tidak hanya harus baik, tapi juga sederhana. “Apabila sistem filtrasi rumit, maka campur tangan kita terlalu banyak, termasuk dalam proses membersihkan,” Ariawan menambahkan.
Sebenarnya, kalaupun sistem filtrasi tidak berjalan baik, secara alami lumut yang berfungsi menyerap zat-zat berbahaya seperti amoniak, nitrit dan nitrat, akan tumbuh. Tapi, keindahan paludarium tidak akan bisa dinikmati.
Tata letak akan menentukan keindahan paludarium serta kelangsungan hidup hewan (seperti ketersediaan tempat untuk bersembunyi dari pemangsa atau untuk bertelur). Jangan lupa membuat air mancur, sungai ataupun efek kabut saat mendesain paludarium. Ketiganya tidak hanya membuat paludarium terasa lebih alami dan lebih indah, tapi juga membantu menjaga kelembaban udara. Teknologi juga dapat digabungkan dengan estetika.