Intisari-Online.com - Baru-baru ini kita dikejutkan oleh tragedi tinju Bupati Cup, di GOR Kota Lama, Nabire. Sebanyak 17 nyawa melayang sia-sia dan lebih dari 30 orang dilarikan ke rumah sakit. Ini akibat bentrok antarpenonton yang menonton pertandingan amatir tersebut. Tentu saja, ini semakin menambah nila bertitik-titik di tengah karut-marutnya olahraga Indonesia yang tak kunjung bangun dari tidur panjangnya.
Untuk dunia tinju Indonesia, barangkali ini adalah tragedi pertama yang tercatat oleh Pertina (induk tertinggi olahraga tinju amatir Indonesia). Tapi jika menyimak lebih dalam lagi, tragedi Nabire bukanlah satu-satunya tragedi yang terjadi di arena ring tinju.
Ada beberapa tragedi yang dilatari oleh olahraga yang banyak melibatkan konflik otot tersebut.
Saat memasuki ronde 14, sebuah pukulan tangan kanan keras Ray melayang ke muka Kim. Kim terhempas menuju tali ring, sejurus kemudian, kepalanya menghantam kanvas. Kim koma.
Empat hari kemudian, Kim dikabarkan meninggal akibat trauma otak parah. Kematian Kim tidak berakhir begitu saja, ia meninggalkan banyak dampak lainnya. Ibu Kim menyusul melakukan bunuh diri dengan menenggak sebotol pestisida. Wasit yang memimpin pertandingan dirundung penyesalan yang tak terperi. Kabarnya, dia juga melakukan bunuh diri tidak lama berselang dari kematian Kim. Ray, yang menjadi lawan Kim, menyesal alang-kepalang. Ia mengaku menjadi yang paling bersalah atas kematian Kim, dan memutuskan untuk tidak lagi bertinju.
Tiba saatnya Johnson berhadapan dengan Jim Jeffries. Jim memikul harapan banyak warga AS kulit putih agar bisa mengalahkan John. Tapi nyatanya tidak semudah itu. Pada pertandingan yang dihelat pada 4 Juli 1910, Jim yang sudah lama absen, dijadikan bulan-bulanan oleh Johnson. Jim ambruk di ronde ke-15.
Para pendukung Jim tidak terima dengan kekalahan itu. Mereka mengamuk di dalam arena pertandingan. Tak hanya itu, keributan juga merembet ke luar arena. Banyak korban jiwa akibat pertarungan tersebut, tapi tidak ada data yang secara valid menyebutkan berapa banyak korban yang meninggal.