Intisari-Online.com -Dalam rangka merayakan ulang tahun yang ke-50,Intisarimemuat artikel-artikel lama dengan tema yang dianggap relevan dengan kondisi saat ini.Berikut ini artikelIntisari edisi September 1977 dengan judul asli "21 Tembakan Meriam Untuk Raja Farouk Yang Dipecat."
Ternyata Nahas sedang tidak ada. Ia sedang menjalankan manicure. Massa yang kecewa ramai-ramai pergi ke pusat kota sambil berteriak teriak: "Mampuslah orangorang asing". Di teras cafe Badia, mereka melihat seorang polisi berseragam sedang minum-minum whisky ditemani seorang penari perut. "Apa kau tak malu minum-minum padahal kemarin rekan-rekanmu dibunuh di Ismailia?" tanya orang. Polisi itu mengangkat bahu. Penari perut mengejek orang-orang itu: "Segerombolan babi," katanya.
Orang-orang yang marah, menghancurkan dan membakar cafe. Mulailah pembakaran di pelbagai bagian kota. Bioskop-bioskop, bank-bank, hotel-hotel besar, toko-toko dirampok dan dibakar. Kairo terbakar tetapi raja pesta pora. Ketika Kairo terbakar sampai sore hari, raja pesta-pesta merayakan kelahiran puteranya, pangeran Fuad, pewaris tahta. Hari itu Farouk mengundang makan 600 perwira di istana Abdin, beberapa ratus meter dari tempat kebakaran mengamuk. Tidak ada orang yang berani memberitahu peristiwa yang sedang terjadi. Ketika pukul setengah dua siang Menteri Dalam Negeri ingin bertemu dengan pemimpin penasihat militer, maka seorang pengawal istana berkata: "Jenderal sedang bersama Paduka"."Nah, beritahu juga raja," kata Menteri. "Tidak mungkin, raja memberi perintah untuk tidak diganggu," demikian jawaban yang diterima. Akhirnya terpaksa Dubes Amerika Serikat, Jefferson Caffery, yang memberitahu raja bahwa pasukan Inggris di terusan sedang dalam perjalanan menuju Kairo dan bahwa raja sebaiknya mengambil tindakan.Ketika menjelang setengah enam sore pasukan Inggris memasuki Kairo, pengrusakan telah berhenti. Belasan orang dijumpai meninggal, ribuan orang kehilangan tempat tinggal, 400 rumah terbakar. Tampaknya Farouk sengaja membiarkan Inggris memasuki Kairo agar kota itu dikuasai Inggris dan Farouk terhindar dari subversi yang dirasakannya akan mencelakakannya. Tapi ia perlu kambing hitam dan Nahas yang tua itupun dipecat tanpa ampun. Lima belas hari sesudah "Sabtu hitam" itu, Nasser mengumpulkan teman-temannya. Ketika itu 10 Pebruari 1952. "Mesir sudah busuk sekarang. Cuma kita yang bisa membebaskannya dari bencana", katanya.Sembilan "bibachis" (kolonel) mulailah mengadakan tindakan-tindakan dan pertemuan- pertemuan yang menentukan dalam penggulingan Farouk. Mereka mendekati jenderal- jenderal yang setuju dengan perubahan politik tapi tidak ada yang menganggap serius maksud perwira-perwira muda ini.Nasser menjelaskan situasi kepada rekan-rekannya: "Kita dianggap terlalu muda oleh jenderal- jenderal itu. Untuk mengambil hati mereka, kita perlu seorang "pembawa bendera", orang yang sederhana, untuk ditaruh di muka sebagai pemimpin gerakan ini."Dicarilah seorang jenderal yang jujur, yang namanya harum karena kemenangan yang diperolehnya, tapi yang tidak terlalu ambisius..."Jenderal Fuad Sadek saja," kata mayor Saleh Salem. "Ia cemerlang di front Palestina.Saya kenal betul dia...."Saleh Salem diterima dengan baik sekali oleh jenderal Sadek di kantornya. Mayor muda ini mencoba menjajaki Sadek. Sadek menyatakan bahwa ia tidak mungkin jadi marsekal, tapi kalau pada akhir karirnya ia menjadi pemimpin dewan penasihat militer saja ia sudah puas sekali. Di kamar sebelah telpon berdering. Sadek permisi menerimanya. Ketika kembali wajahnya berseri-seri. "Tuhan memberkahi saya.... Impian saya yang paling tinggi terlaksana. Paduka Yang Mulia mengangkat saya menjadi pemimpin dewan penasihat militer. Gagallah maksud Salem.Naguib dijadikan "pembawa bendera". Tanggal 15 Mei, ada pertemuan lagi antara perwira-perwira muda. Salem melaporkan hasil pembicaraannya dengan Sadek. Akhirnya, Hakim Amer mengusulkan agar yang dijadikan "pembawa bendera" untuk mendapat kepercayaan jenderal- jenderal lain adalah . Mohammed Naguib saja, seorang pria umur 50-an yang jujur dan seorang patriot. Seluruh rakyat tahu bahwa ia berperang dengan gagah-berani di Palestina.(bersambung)