Lorong Masa: Ketika Farouk Digusur Nasser (Bagian 4)

Mohamad Takdir

Editor

Lorong Masa: Ketika Farouk Digusur Nasser (Bagian 4)
Lorong Masa: Ketika Farouk Digusur Nasser (Bagian 4)

Intisari-Online.com -Dalam rangka merayakan ulang tahun yang ke-50,Intisarimemuat artikel-artikel lama dengan tema yang dianggap relevan dengan kondisi saat ini.Berikut ini artikelIntisari edisi September 1977 dengan judul asli "21 Tembakan Meriam Untuk Raja Farouk Yang Dipecat."Belasan jip dan truk penuh tentara bersenjata beriringan di jalan sepi. "Musuh-musuh kita ternyata bertindak cepat," kata Nasser. Mobil mereka dikelilingi. Amer yang cuma komandan diperbolehkan pergi, tapi Nasser yang kolonel diancam karena sore itu kolonel tidak boleh keluar. Pada saat Nasser kewalahan adu mulut dengan tentara-tentara yang bermaksud mengangkutnya, muncul kolonel Yusuf Mansur Sadik yang mengenali Nasser. Maka selamatlah dia. Sadik menyatakan bahwa ia tidak bisa menunggu sampai jam yang ditentukan semula, jadi ia menawan komandan divisi yang mereka angkut dalam sebuah jip. Nasser cepat-cepat mengajak mereka ke markas besar untuk menyergap jenderal-jenderal yang sedang berkumpul.Di markas besar, dalam ruang rapat di tingkat pertama, semua pemimpin-pemimpin puncak ketentaraan Mesir berkumpul, sekeliling pemimpin dewan penasihat militer, yang memberitahukan berita-berita gawat terakhir."Karena Perwira-perwira Merdeka akan menyerang kita pukul 1 pagi, maka kita harus mendahului mereka...." Tapi sisa kalimat ini tidak sampai terucapkan karena Abdul Hakim Amer muncul di pintu sambil menodongkan revolver. Ia menendang sebuah kursi yang mengalangi jalannya. "Angkat tangan! Semua berdiri, menghadap ke tembok." Di belakang Amer belasan tentara menodongkan senapan mereka.Tidak ada seorangpun dari jenderal-jenderal yang ditahan itu berani melawan. Mereka dan pemimpin polisi dibawa ke penjara. Pukul 1.30, Nasser duduk di kursi pemimpin dewan penasihat militer. Tindakan-tindakan yang mereka rencanakan berhasil dengan baik. Ketika itu kendaraan-kendaraan lapis baja ditempatkan berkeliling di daerah Abassieh, Kubeh-El Bahri- Heliopolis, untuk menjaga kemungkinan serangan dari segala jurusan. Hussein Syafei dipercayai menjaga titik-titik strategis kota Kairo. Tiga perempat jam sudah cukup bagi Perwira-perwira Merdeka untuk menguasai tentara dan ibukota. "Kini kita harus memikirkan urusan-urusan serius. Orang orang Inggris mungkin akan bereaksi. Kedatangan mereka kemari harus dihalangi". Pukul 2 pagi itu, kendaraan kendaraan lapis baja, pasukan pasukan kavaleri dan infanteri beriring-iring menuju ke Suez. Mereka memecah diri di jalan untuk menyebar ke pelbagai jurusan. Tapi seperti Farouk di istananya, pasukan-pasukan kerajaan Inggris sedang tidur nyenyak.Pukul 3 pagi, jenderal Naguib yang sedang tidur dibangunkan oleh dering telepon. Menteri Dalam negeri berbicara: "Ketololan apa yang sedang dijalankan oleh anak buah anak buahmu?" tanyanya."Coba tenangkan mereka." Naguib sendiri tidak tahu ketololan apa yang dimaksudkan sebab ia tidak tahu kudeta sudah terjadi.Sepuluh menit kemudian barulah pintu Naguib diketuk dua orang kapten. Naguib diminta datang ke Kubeh. "Mabruk (selamat) anak-anak! Kerja kalian baik sekali hasilnya," katanya sambil tersenyum ketika ia tiba di hadapan Nasser cs.Naguib ditawari jabatan pemimpin tertinggi tentara Mesir. Naguib menerimanya dengan segera. Pukul 5 pagi, datang tilpon dari PM Hilali pasha. Nasser menyampaikan gagang telepon pada Naguib. PM ketika sudah mengetahui adanya kudeta menawarkan diri untuk membentuk kabinet baru dengan tidak menyertakan orang orang disenangi raja dan akan menunjuk Naguib menjadi Menteri Peperangan. Tapi Hilali sudah terlambat. Kolonel-kolonel tidak mau dikuasai kembali oleh sisa-sisa rejim lama.Pukul 6.30 seorang anggota junta, mayor Ali Sabri, pergi ke kedutaan Inggris untuk membangunkan Sir Walter Smart, kuasa usaha, untuk menyampaikan nota yang isinya menyatakan bahwa yang terjadi di Mesir saat ini adalah urusan dalam negeri Mesir sendiri dan setiap percobaan campur tangan yang dilakukan Inggris akan dianggap sebagai tindakan bermusuhan.(Bersambung)