Intisari-Online.com -Dalam rangka merayakan ulang tahun yang ke-50,Intisarimemuat artikel-artikel lama dengan tema yang dianggap relevan dengan kondisi saat ini.Berikut ini artikelIntisari edisi Agustus 1985 dengan judul asli "Pasar Tanah Abang 250 Tahun."Sekarang kita umumnya ke Pasar Tanah Abang untuk membeli tekstil atau pakaian jadi. Namun pasar Tanah Abang pernah lebih terkenal sebagai pasar kambing. Selama dua setengah abad itu pasar tersebut beberapa kali mengalami musibah.Pasar Tanah Abang yang kesohor sebagai pasar tekstil, Agustus tahun ini genap berusia 250 tahun. Pasar ini sekarang tergolong salah satu pasar kota di Jakarta. Artinya, tempatnya strategis dan luas, bangunannya permanen, mampu melayani seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya, serta yang diperdagangkan pun lengkap. Pasar berbentuk modern, bertingkat dengan fasilitas memadai ini menempati areal seluas 2,6 hektar dengan luas bangunan 11.154 m2.Dari sejak diresmikan, pasar ini sudah dikenal sebagai pasar tekstil, yang lalu berkembang menjadi bursa tekstil, pakaian jadi dan batik produksi dalam negeri. Pedagangnya kebanyakan orang Cina dan Arab, di samping pedagang pribumi. Mereka merupakan pedagang grosir dan agen. Orang Arab kebanyakan menjual kain pelekat dan batik Pekalongan.Nama Tanah Abang mula-mula disebut pada kuartal abad ke-17. Ada dugaan bahwa nama ini berasal dari tentara Mataram yang datang menyerbu VOC di Batavia tahun 1628. Mereka menyerang tidak hanya dari laut di Utara, tapi juga dari Selatan. Daerah Tanah Abang yang merupakan tanah bukit dengan rawa-rawa di sekelilingnya dan di mana Kali Krukut mengalir, digunakan sebagai basis. Karena tanahnya ini berwarna merah (bahasa Jawa: abang), ada kemungkinan tentara-tentara Mataram inilah yang memberi nama Tanah Abang.Sejarah Tanah Abang dimulai bersamaan dengan perluasan kota Batavia ke arah selatan, di abad ke-17. Ke bagian timur perluasan ini sampai mencapai wilayah yang dikenal dengan nama Weltevreden (daerah Senen). Ke bagian barat, mulai dari Molenvliet West (Jl. Gajah Mada) sampai Rijswijk(Harmoni). Lewat batas itu masih berupa hutan.Untuk perluasan ini tentu saja dibutuhkan adanya lalu lintas penghubung, untuk masa itu misalnya kanal atau terusan. Salah seorang yang berjasa dalam pembuatan kanal di Batavia adalah Kapten Phoa Bingam. Tahun 1648 ia menggali terusan di Molenvliet yang menyambung sampai ke Kali Ciliwung di Timur. Ke Barat Bingam menggali terusan sampai ke ujung Kebon Sirih (sekarang menjadi got yang mengalir sepanjang Tanah Abang Timur/Jl. Abdul Muis), terus bersambung dengan Kali Krukut di barat Tanah Abang.Kanal yang digali Bingam ini berguna sekali untuk mcmperlancar pengangkutan barang dagangan dan hasil hutan. Juga mempercepat perkembangan kota ke Sclatan. Banyak rumah-rumah yang mulai dibangun di sepanjang tepi kanal.Pada mulanya wilayah perluasan kota Batavia ini merupakan tanah milik pribadi orang-orang kaya Belanda. Mereka lalu menyewakan tanah mereka pada orang-orang Cina, yang lalu mengolahnya menjadi tanah pertanian dan perkebunan. Phoa Bingam termasuk salah seorang penyewa tanah. Karena itulah ia merasa berkepentingan membuat kanal guna memperlancar angkutan hasil kebunnya.Di Tanah Abang Bingam mengusahakan perkebunan tebu, sekaligus memiliki penggilingan tebu. Tebu diolah menjadi gula merah. Karena belum ada peralatan untuk pabrik gula pasir, waktu itu Belanda mendatangkan gula pasir dari luar.Penyewa-penyewa tanah yang lain ada yang berkebun kacang, jahe, melati, sirih dan lain-lainnya. Kini bekas perkebunan itu hanya tinggal namanya: Kebon Sirih, Kebon Jahe, Kebon Kacang, dan sebagainya. Selain bercocok tanam, orang-orang Cina ini dulu banyak juga yang mengusahakan pabrik arak. Penduduk setempat menyebutnya "arak api", karena kerasnya dan cepat membuat orang mabuk.Hasil perkebunan kemudian dibawa ke kota naik perahu lewat kanal. Dari arah selatan Tanah Abang, melalui Kali Krukut, didatangkan hasil hutan dan ternak. Oleh para pedagang ternak, bukit Tanah Abang ini dijadikan tempat persinggahan sambil menggembalakan ternaknya. Berhubung yang dijual kebanyakan adalah kambing, tidak heran kalau Tanah Abang lalu dikenal sebagai pasar kambing. Apalagi semakin lama semakin banyak orang Arab, yang dikenal doyan daging kambing, bcrmukim di Tanah Abang.Pasar kambing ini dulunya bersatu dengan pasar Tanah Abang. Scwaktu pasar diremajakan, pasar kambing ini sempat menghilang. Kemudian dibuatkan tempatnya yang baru di pinggir kali, di bclakang Pasar Tanah Abang. Konon pedagang kambing di sini ada yang turun-temurun. (bersambung)