Intisari-Online.com - Dalam rangka merayakan ulang tahun yang ke-50, Intisari memuat artikel-artikel lama dengan tema yang dianggap relevan dengan kondisi saat ini. Berikut ini artikel Intisari edisi Agustus 1985 dengan judul asli "Pasar Tanah Abang 250 Tahun."
Tahun 1733 pemilik Tanah Abang adalah Justinus Vinck. Vinck bermaksud mendirikan pasar di atas tanahnya, karena melihat kemajuan perekonomian. Tanahnya yang lain adalah Weltevreden. Setelah keluar surat izin tertanggal 30 Agustus 1735, Vinck lalu mulai membangun pasar di Tanah Abang dan di Weltevreden (Pasar Senen). Dalam surat izin dicantumkan juga bahwa hari pasar untuk Weltevreden adalah hari Senin, sedang untuk Tanah Abang hari Sabtu. Tapi sejak 1751 untuk Pasar Tanah Abang ditambah hari Rabu.Bangunan pasarnya masih sederhana, dari bambu dan beratap rumbia. Pemilik petak pasar umumnya orang Cina. Mereka ini juga lalu mendirikan tempat tinggal mereka di sekitar pasar. Apa yang boleh dijual di pasar, ditentukan oleh pemerintah Belanda. Tanah Abang kebagian tekstil, kelontong dan sedikit sayuran.Vinck juga membuka jalan yang menghubungkan kedua pasarnya itu, melalui Prapatan Kwitang dan Kampung Lima. Angkutan darat pun menjadi mudah dengan adanya jalan penghubung ini. Waktu itu yang digunakan adalah gerobak yang ditarik sapi atau kerbau.Baru lima tahun berdiri Pasar Tanah Abang sudah kena bencana. Tahun 1740 terjadi peristiwa yang dikenal dengan "Chinese riots", pembantaian orang-orang Cina. Di samping pembunuhan, juga disertai pengrusakan harta benda. Pasar Tanah Abang ikut jadi sasaran, diporakporandakan dan dibakar. Peristiwa ini masih membekas sampai dua puluh tahun kemudian. Orang-orang Cina menyingkir ke pinggiran kota. Akibatnya pertanian dan perkebunan jadi terlantar.Belanda merasakan akibatnya dan mulai melakukan pendekatan lagi. Setelah rujuk kembali, untuk menarik hati, Belanda memberikan kepcrcayaan kepada orang Cina untuk bergerak dalam bidang ekonomi, antara lain dengan memberikan kekuasaan untuk memungut cukai pasar dengan cara borongan. Para pedagang diwajibkan menyewa tikar yang disediakan mantri pasar. Orang Cina juga diizinkan membuka rumah madat.Namun oleh Raffles, yang menjadi gubernur jenderal tahun 1811-1816, sistem ini dihapus. Hak penarikan cukai tidak lagi diborongkan kepada orang Cina, tetapi dikembalikan pada pemerintah.(Bersambung)