Lorong Masa: Kereta Uap NITM, Naik Ini Tentu Mati (2)

Verena Gabriella

Penulis

Lorong Masa: Kereta Uap NITM, Naik Ini Tentu Mati (2)
Lorong Masa: Kereta Uap NITM, Naik Ini Tentu Mati (2)

Intisari-Online.com - Kecelekaan kereta bukan lagi hal asing di Indonesia. Sejak kemunculan pertamanya di tahun 1881, sudah banyak kasus kecelakaan kereta. Berikut ini disajikan sebuah artikel lama yang diterbitkan di Intisari edisi Oktober 1979 dengan judul asli "Setiap Empat Jam ada Orang ditabrak Trem Uap di Betawi", sebagai peringatan 50 tahun perjalanan Intisari.Sementara itu trem bertenaga kuda masih melayani 2 trayek, yakni dari Pasar Ikan sampai stasiun Kota (Beos) dan stasiun Kota sampai Heemradenplein (Taman Gudang Garam). Rupanya orang masa itu menganggap trem kuda sudah terlalu ketinggalan jaman atau barangkali terlalu lamban jalannya sambil lagi-lagi harus mencium bau kuda yang tidak sedap. Buktinya trem kuda ini merugi terus. Tanggal 6 Januari 1887 tamatlah riwayat trem berkuda yang sudah ada sejak tahun 1869.

Tidaklah mengherankan bahwa sambutan khalayak ramai atas kedatangan trem uap cukup hangat. Dari Pasar Ikan sampai ke Harmoni dan kemudian kembali lagi, kereta yang sudah cukup bagus itu masih dihiasi dengan bendera-bendera warna hijau. Perjalanan itu sangat lancar sehingga merupakan bayangan masa depan yang baik.

Sungguh kita sekarang benar-benar mempunyai alat angkutan umum yang sangat baik dan sangat menyenangkan. Trem kota telah diresmikan pembukaannya. Besok akan dimulai pelayanan yang teratur. Kami mendoakan mudah-mudahan akan memperoleh banyak langganan dan kami tidak meragukan kepopulerannya, yang akan didapatkannya, yang bahkan sekarang sudah dipunyainya.

Sayang doa dan harapan sang redaktur itu tidak terkabul. Popularitas yang diperolehnya juga tidak berlangsung lama. Muncul keluhan-keluhan terhadap hingar bingar yang diterbitkan oleh trem yang konon 'mengganggu ketenangan dan ketertiban penghuni kota' dan yang lebih gawat, kecelakaan-kecelakaan yang ditimbulkan oleh kereta besi ini.

Bahkan pada satu ketika pemah dijuluki sebagai pembunuh terbesar yang berkeliaran di kota Betawi. Betapa tidak. Konon setiap empat jamnya ia menelan satu korban. Dan orang Betawi yang suka iseng lantas saja menyulap inisial NITM menjadi "Naek Ini Tentu Mati". Tahun 1887 - 1890 bekas inspektur Keuangan L.W.J. Olivier menghujani pejabat pemerintah dengan surat-surat anti trem, seperti yang ditujukan kepada Jaksa Agung ini "Tidak akan pernah ada perusahaan kedua di Hindia Belanda ini yang telah mengorbankan begitu banyak darah manusia dan masih akan menuntut lebih banyak lagi seperti Trem Uap Betawi, belum termasuk kerugian keuangan.

(Bersambung)