Intisari-Online.com - Beberapa dekade yang lalu, masih sangat jarang seorang wanita lajang di Amerika Serikat bisa membeli realestat sendiri. Hal itu terjadi saat masih berlaku Undang-Undang Perumahan 1968 yang menyatakan bahwa beberapa wanita tak bisa mendapatkan persetujuan memiliki kartu kredit, apalagi hipotek, tanpa tanda tangan suami atau ayah.Namun, kondisi itu berubah. National Association of Realtors melaporkan bahwa sejak pertengahan 1990-an seorang wanita lajang telah membeli rumah hampir dua kali dari jumlah pria lajang. Pada 2012 lalu, jumlah perempuan lajang yang memiliki rumah mencapai 18 persen dari komposisi rumah tangga, dibandingkan dengan 10 persen untuk laki-laki tunggal.Julie Cook, seorangpublic relationsprofesional di Michigan, baru-baru ini membeli rumah pertamanya berikut peternakan dengan tiga kamar tidur di luar kawasan Detroit. Setelah tinggal di New York City dan membayar harga sewa setinggi langit sewa selama beberapa tahun, Julie memutuskan pindah ke Detroit dan ingin mengambil keuntungan dari harga rumah yang lebih terjangkau."Pada titik ini, semua itu adalah cara terbaik untuk menghabiskan uang saya daripada hanya untuk biaya sewa," katanya.Julie sempat tinggal bersama orang tuanya selama tiga bulan, sementara ia menyimpan uang dari penghasilannya untuk membayar uang muka kredit rumah tersebut. Beruntung Julie mendapatkan pinjaman kredit di awal tahun ini sehingga bisa mencicil, bahkan mulai pindah ke rumah barunya itu bulan lalu.LokasiSuku bunga di AS telah mulai beringsut positif kembali dalam beberapa pekan terakhir, sehingga banyak perempuan lajang dan berpenghasilan menganggap dirinya beruntung."Bagian tersulit adalah menunggu pinjaman kredit itu, terutama karena akibat kebijakan dan pertimbangan hukum," kata Julie.Ia mengaku, hidup di apartemen dengan lokasi pusat kota memang nyaman dan hanya membutuhkan sedikit perawatan. Namun, sebuah agen realestat berhasil mendorongnya untuk mempertimbangkan jenis lain dari properti."Senang telah menemukan sebuah rumah dengan halaman kecil di lingkungan yang aman. Saya setengah mil dari restoran dan pusat kebudayaan, dan saya bisa naik sepeda berkeliling kota," katanya.Pilihan lokasi memang pertimbangan besar dari keputusannya itu. Tak heran, senada dengan Julie, Jessica Lautz juga sangat mempertimbangkan lokasi. Manajer Penelitian Survei Anggota di NAR ini mengatakan bahwa keselamatan lingkungan adalah pertimbangan utama perempuan lajang membeli rumah."Faktor kedua yang paling penting bagi mereka adalah kenyamanan untuk kunjungan teman dan keluarga," ujarnya.Data terbaru dari Redfin menemukan bahwa 46 persen wanita lajang membeli sendiri rumah pertamanya dan melakukan renovasi rumah berdasarkan apakah mereka menyukainya atau tidak. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan 24 persen laki-laki yang membeli sendiri rumahnya. Sisanya, sebanyak 54 persen wanita dan 76 persen pria merenovasi rumah berdasarkan nilai dan biaya.Soal pertimbangan biaya, Cailin Heinze mengakuinya sebagai faktor kunci. Ahli gizi hewan dan profesor di Tufts University ini mengaku membeli rumah di Northborough, pada Mei 2013 lalu."Konyol rasanya menyewa rumah untuk dua kamar tidur, dan harganya akan naik lagi sebesar 200 dolar AS," katanya."Saya pikir, jika saya beli sekarang, ini mungkin adalah suku bunga terendah yang mungkin akan tidak akan terjadi di masa mendatang," ujarnya. (Latief / kompas.com)