Intisari-Online.com - Perayaan Natal tak lengkap rasanya tanpa memasang pohon cemara sebagai dekorasi Natal.
Kita dengan mudah menjumpai pohon-pohon Natal ini dari yang berukuran kecil untuk diletakkan di meja, sampai yang berukuran raksasa dan dipajang di alun-alun kota.
Meski membeli pohon natal plastik dan juga berbagai pernak-perniknya sudah menjadi bagian dari penyambutan Natal, tapi tak banyak orang yang tahu sejarah pohon Natal ini.
Tradisi memasang pohon Natal sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Pohon cemara yang tetap hijau di musim salju dianggap sebagai simbol kehidupan.
Dalam situs christianitytoday.com disebutkan, orang-orang Roma menghias rumah mereka dengan cemara menjelang Tahun Baru, sementara orang Eropa Utara kuno memotong pohon cemara dan meletakkannya di dalam rumah selama musim dingin.
Cerita lain menyebutkan, ketika Yesus lahir di tengah musim dingin, setiap pohon yang biasanya rontok daunnya, mendadak bersemi dan menghasilkan pucuk-pucuk hijau.
Para misionaris Kristen yang menyebarkan agama ini ke Jerman dan sekitarnya juga melakukan pendekatan dengan budaya setempat, salah satunya adalah memasang pohon cemara di musim dingin.
Pohon cemara yang tetap hijau dianggap melambangkan hidup kekal, sementara bentuknya yang menjulang ke atas dinilai cocok untuk menggambarkan kehidupan rohani yang mengarah kepada Tuhan.
Bagi penganut Kristiani, pohon Natal dengan hiasan bintang di atasnya ini menyimpan makna bahwa Natal selalu penuh berkah.
Selain itu, hiasan bintang yang terpasang di pucuk pohon Natal secara khusus menyimbolkan pancaran sinar terang yang dibawa melalui kelahiran Yesus Kristus di kandang domba. (kompas.com)