Intisari-Online.com -Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto dengan tegas memperingatkan kepada Singapura untuk tidak ikut-ikut soal penamaan salah satu unit kapal TNI AL. Seperti diberitakan sebelumnya, Singapura, melalui Menteri Luar Negeri Singapura, K Shanmugam, merasa keberatan dengan penamaan “Usman-Harun” pada salah satu dari tiga KRI terbaru yang dimiliki TNI AL.
“Pemerintah Indonesia memiliki tatanan, aturan, prosedur, dan kriteria tersendiri untuk menentukan seseorang mendapat kehormatan sebagai pahlawan, tentunya sesuai dengan bobot pengabdian dan pengorbanan mereka,” ujar Djoko seperti dilansir Kompas.com
Untuk menjawab keberatan yang dilontarkan sang Perdana Menteri, Djoko membeberkan sejarah ketika PM Singapura tahun 1973, Lee Kuan Yew, dengan takzim menaburkan bunga di makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta. Dengan itu, seharusnya sudah tidak ada masalah lagi terkait isu tersebut.
Seperti yang diberitakan oleh Kompas.com, Djoko mengaku sudah menyampaikan argumentasi tersebut kepada Wakil PM Singapura, Thoe Chee Hean.
Di tempat lain, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, protes dari Pemerintah Singapura terkait penamaan KRI Usman-Harun dicatat sebagai bentuk keprihatinan. Meski demikian, tambah Marty, itu tidak lantas mengubah rencana penamaan KRI tersebut.
Tahun 2014, TNI AL akann menerima tiga kapal kepas fregat ringat jenis Nahkoda Ragam. Sejatinya, kapal yang dilengkapi dengan persenjataan terbaru buatan Inggris akan dipesan Brunei, tapi karena satu dan dua hal, rencana itu dibatalkan.
Kapal pertama yang datang, Juni mendatang, akan diberi nama KRI Bung Tomo. Kapal kedua dan ketiga yang datang berikutnya akan diberi nama KRI John Lie dan KRI Usman-Harun. Penamaan ketiga kapal itu untuk mengenang jasa Bung Tomo, John Lie, dan Usman-Harun bagi bangsa Indonesia.