Intisari-Online.com – Penyakit hepatitis A terutama menyerang anak dan kaum dewasa muda. Penyakit yang dikenal juga sebagai penyakit kuning (jaundice) ini penularannya berbeda dengan virus hepatitis B (VHB) dan virus hepatitis C (VHC), yakni melalui makanan dan minuman yang tercemar kotoran yang mengandung virus ini. Bersifat stabil, sel hati menyembunyikan virus dalam sel empedu untuk kemudian virus masuk ke dalam sistem pencernaan. Sebab itu, kotoran penderita mempunyai konsentrasi tinggi selama periode infeksi.
Konsentrasi virus dalam kotoran penderita masih tetap tinggi 2 – 3 minggu setelah gejala penyakit muncul. Sedangkan air ludah dan cairan tubuh penderita mempunyai konsentrasi rendah. Virus hepatitis A (VHA) bertahan hidup 3 – 4 jam dalam ruang suhu normal. Di sini peralatan makan atau makanan yang tercemar VHA dengan sendirinya akan mudah menularkan penyakit ini. Hepatitis A bisa juga menular melalui kontak langsung, seperti melalui ciuman atau hubungan seksual.
Untuk memastikan seseorang mengidap VHA, dilakukan tes darah yang menunjukkan positif terhadap antibodi virus tersebut. Tes lebih tepat bila kadar ALT (serum alanine aminitransferase) dan AST (asparaten aminotransferase) menunjukkan angka di atas normal.
Mudah-tidaknya terinfeksi virus ini umumnya tergantung pada kondisi higienis lingkungan. Asia Tenggara termasuk wilayah berisiko tinggi. Sedangkan di AS 1/3 penduduk pernah terinfeksi VHA, termasuk anak-anak di pusat penitipan anak yang tertular lewat alat makan yang dipakai bersama.
Gejala hepatitis A biasanya muncul akut, seperti gejala flu, mual, demam, pusing, air seni kemerahan, bagian bola mata yang putih menjadi kekuningan, dan perut sebelah kanan atas terasa sakit atau bebal. Namun, pada anak-anak kadang kala tidak timbul gejala yang mencolok.
Tidak ada pengobatan secara khusus pada hepatitis A. Asalkan dirawat dengan baik, biasanya bisa disembuhkan setelah enam bulan. Penderita harus beristirahat total (1 – 4 minggu), menghindari kontak badan dengan nonpenderita dan diberi maknaan cukup protein, tapi rendah lemak. Bila dirawat di rumah, semua pakaian bekas dipakai, alat makan dan minum harus dicuci secara terpisah. WC sehabis digunakan penderita, dibersihkan dengan antiseptik. Mitos yang menyatakan, penderita sakit kuning harus makan banyak gula, tidak seluruhnya benar. Fungsi gula sebenarnya hanya menambah energi, agar kekuatan cepat pulih.
Komplikasi akibat hepatitis A hampir tidak ada, kecuali pada para lansia atau seseorang yang memang sudah mengidap penyakit kronis hati atau sirosis.
Agar tidak tertular, orang yang berhubungan langsung dengan penderita diberi imunisasi sementara dengan serum globulin imun. Ada vaksin yang terbuat dari VHA nonaktif yang diendapkan dalam larutan steril. Jadi bukan terbuat dari darah yang terinfeksi. Tubuh akan bereaksi terhadap virus nonaktif tersebut sehingga melindungi serangan VHA.
Hasil penelitian menyatakan, vaksin ini efektif pada lebih dari 90% orang. Efek sampingan tidak ada, kecuali rasa sakit pada bagian yang terkena suntikan. Hanya sekitar 10% yang merasa kurang enak badan sehabis disuntik. Anak-anak antara usia 1 – 18 tahun diberi dua dosis vaksin initial dosis kemudian booster dalam waktu 6 – 12 bulan. Orang dewasa diberi satu intial dosis kemudian booster dalam waktu 6 – 12 bulan. Efek proteksi baru terjadi paling tidak dua minggu setelah suntikan. (Intisari)