Setelah Enam Hari Pencarian Pesawat Malaysia Airlines

Mohamad Takdir

Editor

Setelah Enam Hari Pencarian Pesawat Malaysia Airlines
Setelah Enam Hari Pencarian Pesawat Malaysia Airlines

Intisari-Online.com - Temuan tumpahan minyak, radar militer mendeteksi perubahan arah setelah kontak terakhir, foto satelit yang mengundang pertanyaan, dan penumpang dengan daftar curian. Deretan informasi di atas adalah data yang ada setelah enam hari pencarian pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 yang hilang sejak Sabtu (8/3/2014). Sampai Kamis (13/3/2014) malam, pencarian tak mendapatkan apa pun."Situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Menteri Transportasi Malaysia Hishammuddin Hussein, Kamis. "MH370 benar-benar menghilang dalam diam di atas laut terbuka." Dia pun menyebut operasi pencarian itu sebagai krisis yang sangat kompleks. "Jelas tidak mudah. Kami mengerahkan seluruh tenaga kami untuk tugas ini."

(Baca juga: Transmisi Radio Terakhir Dari Pesawat Malaysia Airlines)Pada Kamis, otoritas Malaysia memperluas pencarian ke arah barat, menuju Samudra Hindia. Perluasan pencarian ini untuk mengantisipasi dugaan pesawat telah berubah arah sesudah kontak terakhir dengan menara kontrol, Sabtu dini hari.Dengan menghitung bahan bakar yang ada di pesawat tersebut saat hilang kontak, berpadu dengan dugaan perubahan arah, pesawat dimungkinkan mencapai kawasan di atas Samudra Hindia.Seorang pejabat Amerika Serikat, Kamis, mengatakan ada sinyal selama 4 jam dari pesawat itu ke sebuah satelit. Informasi itu memunculkan dugaan, selama kurun waktu itu pesawat Malaysia Airlines yang hilang tersebut masih terbang. Perkembangan informasi ini berdampak pada perluasan cakupan area pencarian, hingga 1.000 mil dari lokasi kontak terakhir penumpang dengan 239 orang di dalamnya tersebut.Menurut pejabat yang sama, sinyal yang ditangkap satelit bukan berupa transmisi data, melainkan upaya untuk membuat kontak. Boeing, perusahaan pembuat pesawat tersebut, menyediakan layanan satelit yang dapat menerima aliran data selama penerbangan. Pejabat Amerika yang mensyaratkan anonimitas itu mengatakan, Malaysia tidak menggunakan layanan yang disediakan Boeing. Namun, secara otomatis sistem Boeing tetap mendeteksi pergerakan pesawat-pesawat buatan mereka lewat satelit.Atas informasi ini, Hishammuddin mengatakan, "Tentu saja kami tak mengesampingkan apa pun. Inilah kenapa kami memperluas pencarian ke Laut Andaman." Laut Andaman berada di barat laut Semenanjung Malaysia.

(Baca juga: Orang Ini Gagal Terbang Dengan Malaysia Airlines)Menurut Hishammuddin, Malaysia juga meminta bantuan data radar dari India dan negara-negara tetangga lainnya untuk mendeteksi pesawat yang hilang ini. India, kata dia, berjanji memeriksa data dari Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan penjaga pantai yang bertugas di kawasan selatan Laut Andaman."Karena informasi baru ini, kami juga dapat menjadi bagian dari upaya pencarian di Samudra Hindia," kata Juru Bicara Jay Carney. Namun, dia menolak merinci tambahan informasi dari keikutsertaan mereka turun tangan mencari pesawat Malaysia Airlines yang hilang tersebut. Salah satu kapal perang Amerika, USS Kidd, sudah terkonfirmasi bergerak menuju Selat Malaka di sisi barat Malaysia.Pencarian internasional selama enam hari ini secara metodis menyisir dua sisi Malaysia untuk melacak jejak pesawat yang seharusnya mendarat di Beijing, China, tersebut. Luas area pencarian tak kurang dari 92.600 kilometer persegi, kira-kira seluas negara Portugal.Pencarian pertama difokuskan di Laut China Selatan, sebagai lokasi kontak terakhir pesawat ke menara kontrol lalu lintas penerbangan. Kontak terakhir itu sama sekali tak mengindikasikan ada masalah teknis terkait pesawat.Di sisi Selat Malaka, pencarian dengan intensitas sama besarnya dilakukan tak lama kemudian, setelah radar militer mendeteksi pesawat berubah arah setelah kontak terakhir dengan menara kontrol. Menurut radar ini, pesawat melintasi Semenanjung Malaysia. Citra satelit lain diumumkan Pemerintah China, menyebutkan keberadaan tiga puing besar yang diduga reruntuhan pesawat di ujung selatan Vietnam. "Kami tidak pergi ke sana," ujar Hishammuddin. Dia pun mengatakan, Kedutaan Besar China telah memberitahukan bahwa citra satelit itu salah dan tak ada temuan puing pesawat.Lebih dari dua pertiga penumpang penerbangan malaysia airlines yang hilang tersebut adalah warga negara China. Perdana Menteri China Li Keqiang, Kamis, mengatakan, dia mengakui ada koordinasi yang baik dari banyak negara terkait insiden ini, di sela penutupan sidang tahunan parlemen negara itu. "Selama ada secercah harapan, kita tak akan berhenti mencari pesawat itu," kata Keqiang. Saat ini delapan kapal dan 10 satelit China turut dikerahkan dalam misi pencarian.Meski demikian, kritik pun tak terhindarkan menyasar Pemerintah Malaysia. Mereka dinilai lamban dan menyembunyikan beberapa informasi, setidaknya tak mengungkap informasi baru yang didapat. Namun, otoritas Malaysia membantah tudingan itu.Data enam hari pencarianSelama enam hari pencarian, hingga Kamis, data yang terkumpul adalah:- Tumpahan minyak, ditemukan Sabtu. Belakangan dinyatakan tak ada kaitan dengan pesawat yang hilang.- Benda kuning terlihat oleh salah satu pesawat pencari, ternyata sampah laut biasa.- Empat atau penumpang pesawat dinyatakan mencurigakan terkait penggunaan paspor palsu memunculkan spekulasi aksi terorisme. Hanya dua yang terkonfirmasi menggunakan paspor palsu, dan spekulasi terorisme sudah ditepiskan.- Klaim data satelit China, yang kemudian sudah dibantah seperti dalam keterangan Menteri Transportasi Malaysia di atas.Para ahli pun memunculkan beberapa kemungkinan penyebab pesawat Malaysia Airines hilang, antara lain kegagalan sistem listrik pesawat. Namun, teori ini gagal menjelaskan tak bekerjanya transponder pesawat yang bekerja menggunakan baterai cadangan. Kalaupun pesawat ini jatuh ke laut, para pakar menyatakan seharusnya akan ada puing yang mengambang sekalipun seluruh badan pesawat tenggelam. Namun, beberapa kecelakaan pesawat pada masa lalu butuh waktu berpekan-pekan, bahkan lebih lama untuk mendapatkan lokasi reruntuhan, terutama ketika lokasi jatuhnya pesawat diragukan. (Kompas)