Intisari-Online.com -Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas California di San Francisco ternyata menunjukkan bahwa seorang ibu yang menderita migrain mempunyai kecenderungan dua setengah kali lipat lebih besar untuk memiliki bayi yang mengalami kolik dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak menderita migrain.
Hasil penelitian ini lalu menimbulkan pertanyaan, apakah mungkin kolik yang diderita seseorang di masa bayi menjadi gejala orang tersebut berpotensi menderita migrain di kemudian hari? "Hal ini mungkin terjadi, sebab perilaku menangis yang berlebihan pada bayi merupakan pemicu umum shaken baby syndrome yang bisa menyebabkan kerusakan otak," kata Amy Gelfand, MD, neurolog anak dari Universitas California di San Francisco.
Gejala kolik sendiri selama ini sering diasosiasikan dengan adanya masalah pencernaan pada bayi. Biasanya disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi bayi. Namun, hasil penelitian selama kurun waktu 50 tahun belakangan ini tidak dapat menemukan kaitan yang spesifik antara kolik dengan masalah pencernaan. “Kita telah mengetahui tentang kolik sejak dahulu kala, tetapi dengan adanya fakta ini, tak ada yang benar-benar bisa menjelaskan penyebab bayi kolik menangis keras."
Setelah penelitian ini, tim neurolog dari Universitas California berencana meneliti sejumlah bayi yang menderita kolik dalam kurun waktu tertentu di masa kanak-kanak. Dari hasil itu bisa dilihat apakah bayi-bayi tersebut nantinya tumbuh berkembang dan menderita penyakit periodik khas anak-anak lainnya, seperti migrain perut. (sciencedaily.com)