Intisari-Online.com - Seperti yang dialami Shinta, yang terpaksa tidak masuk kerja karna anaknya yang baru menginjak SD sakit panas. Tak hanya kaum ibu saja yang repot. Para bapak tak jarang ikut tidak masuk kerja karena istrinya tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Jika memperoleh atasan yang pengertian, masalah tak meluas. Namun, ada beberapa atasan yang tak bisa memahami kesulitan orangtua ketika anaknya sakit.
Pernyataan ini menggambarkan masalah yang dihadapi orangtua bekerja ketika anak mereka sakit. Suka tidak suka, anak pasti akan jatuh sakit. Karenanya, Anda perlu siap-siap sejak jauh hari, dengan meningkatkan kesehatan anak Anda. Atasan pun akan senang.
Sejak jauh hari, Anda perlu membahas masalah ini dengan pasangan Anda. Ketika anak-anak masih kecil, salah satu harus melakukan pekerjaan paruh waktu atau pekerjaan dengan waktu yang fleksibel. Mungkin Anda dapat menukar shift. Misalnya, pasangan Anda diam di rumah pada pagi hari sementara Anda bekerja, dan kemudian bertukar peran di sore hari untuk mengurangi dampak pekerjaan.
Orangtua tertentu tidak suka menggunakan jasa seperti itu, dengan pertimbangan anak sakit harus ada di rumah bersama ibu atau bapaknya. Tetapi, orang lain berpendapat ada keadaan di mana hal itu dapat dilakukan oleh pusat perawatan anak sakit. Misalnya, saat seorang anak menderita penyakit menular dengan gejala ringan dan merasa dirinya baik-baik saja, tapi dia tidak boleh masuk sekolah. Yang diperlukan oleh si anak hanyalah tidur siang dan bermain yang tenang. Dalam hal ini kehadiran orang tua tidak dibutuhkan.
Sebelum memutuskan untuk menggunakan pusat perawatan anak sakit, kunjungi satu atau dua tempat itu bersama anak Anda. Tanyakanbiaya dan kebijaksanaannya, dan tentukan apakah Anda merasa cocok dengan petugas dan lingkungannya.
Ingat, pusat perawatan anak sakit hanyalah bagi anak dengan gejala ringan. Kalau anak cukup serius sakitnya, mereka butuh perhatian orang tua.
Beberapa perusahaan menyadari mereka perlu memberi keleluasaan para orang tua untuk merawat anaknya yang sakit. Pemikiran ini menghasilkan sejumlah pemecahan yang kreatif:
Perusahaan tertentu mengizinkan karyawannya tidak masuk untuk berbagai alasan, termasuk merawat anak sakit. Malah ada beberapa perusahaan yang memberi bantuan pengobatan untuk anak.
Perusahaan lain mengizinkan karyawannya minta izin atau mengambil cuti untuk merawat anak. Pada kasus tertentu, mungkin karyawan dapat "menghadiahkan" cuti mereka yang tak digunakan kepada rekan kerja.
Perusahaan barangkali tidak punya kebijakan cuti anak sakit karena tidak pernah ada yang memintanya. Mungkin Anda dapat mengusulkan masalah ini-apalagi kalau orang tua lain juga ikut mendukung ide tersebut. Setiap orang akan rugi bila konflik antara pekerjaan dan keluarga membuat karyawan tidak produktif. Coba cari pemecahan yang menguntungkan kedua belah pihak.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR