Jika Diserang Tomcat ...

Irma Tarida,dr

Editor

Jika Diserang Tomcat ...
Jika Diserang Tomcat ...

Intisari-Online.com - Saat ini di beberapa kota di wilayah Jawa Timur sedang heboh "serangan" serangga yang dijuluki Tomcat. Serangan serangga ini pertamakali muncul di Surabaya dan kini sudah merambah di kota-kota lain, misalnya Tulungagung, Blitar, Pasuruan, dan Probolinggo

Sebenarnya seperti apa sih Tomcat itu? kenapa serangga ini berpindah ke pemukiman penduduk? dan apakah yang menyebabkan kulit melepuh pasca bersentuhan dengan serangga ini?

Tomcat adalah nama populer untuk serangga rove beetle (kumbang pengembara). Serangga ini merupakan satu famili Staphylinidae, Ada ribuan genus dan spesies dalam famili ini. Ukurannya bervariasi antara 1 mm sampai 35 mm. Warnanya bervariasi antara kuning, cokelat kemerahan, cokelat, sampai hitam.

Paederus sp merupakan salah satu jenis dari famili Staphilynidae yang tersebar luas di seluruh dunia. Di antara spesies rove beetle lainnya, Paederus sp memiliki warna warni yang lebih terang. Meskipun sebagian serangga dewasa menghindari sinar matahari, namun Paederus sp aktif mencari makan pada siang hari dan tertarik pada sumber-sumber cahaya, misalnya lampu saat malam hari.

Serangga ini bisa ditemukan di hutan di sekitar tumpukan daun dan ranting yang membusuk, di bawah batu di atas tanah lembab, di sekitar daerah perairan sejuk, dan di sekitar area pertanian. Makanannya adalah serangga lain yang berukuran lebih kecil, sehingga serangga ini sebenarnya merupakan sahabat petani karena membantu mengendalikan jumlah hama wereng dan kutu padi.

Paederus yang menyerang warga di beberapa kota di Jawa Timur adalah spesies Paederus littoralis yang memiliki ciri tubuh pipih, berbulu halus, warna tubuh cokelat kemerahan dengan warna hitam pada bagian kepala, dada, dan ekor. Memiliki 3 pasang kaki dan 1 pasang antena. Panjangnya sekitar 15 mm. Di habitat aslinya populasi serangga ini dikendalikan oleh burung pemangsanya. Serangga ini bergeser habitat ke sekitar pemukiman diduga karena habitat aslinya terdesak oleh pembangunan yang dilakukan oleh manusia. Akibatnya burung pemangsa enggan datang ke daerah pemukiman yang padat dan mencari mangsa di wilayah lain. Sehingga populasi Tomcat terus melonjak tak terkontrol dan dampaknya mulai dirasakan oleh manusia.

Serangga ini tidak menggigit atau menyerang. Bila dia merasa terancam maka dia akan mengerutkan badannya dan berdiri seperti kalajengking. Menurut Medical Veterinary and Entomology, ada sekitar 20 dari 600 spesies subfamili Paederus yang sering menyebabkan paederus dermatitis.

Paederus dermatitis disebabkan oleh teriritasinya kulit karena racun paederin yang terdapat pada cairanhemolymph (=cairan yang berfungsi seperti sirkulasi darah pada hewan arthropoda) serangga betina Paederus. Paederin ini bukan dihasilkan oleh tubuh serangga itu sendiri, namun dari bakteri normal flora yang terdapat pada tubuh serangga ini. Diduga bakteri ini dari jenis Pseudomonas.

Bila kulit berkontak dengan paederin, reaksi iritasi tidak langsung terjadi. Dalam waktu 12 sampai 36 jam kemudian, kulit menjadi merah, timbul vesikel, bula, dan secara perlahan kulit melepuh. Keluhan yang dirasakan oleh penderita ialah rasa menyengat dan sensasi terbakar pada lesi.

Untuk meminimalkan lesi paederus dermatitis, ada beberapa saran yang berguna:

  1. Bila kulit kita berkontak dengan serangga Paederus, segera usir serangga tersebut tanpa melukai tubuhnya untuk mencegah supaya racun paederin tidak keluar dari tubuhnya.
  2. Segera setelah kontak dengan serangga Paederus, bilas kulit yang berkontak tersebut dengan air sebanyak- banyaknya dan sabun. Tujuannya adalah membilas racun paederin dan mengurangi kontak dengan kulit sehingga reaksi iritasi bisa diminimalkan.
  3. Segera ke dokter untuk mencari pengobatan yang sesuai bila muncul reaksi iritasi akibat racun paederin.
Dengan pengobatan yang tepat, Paederus dermatitis akan sembuh dalam waktu 2 hingga 3 minggu dengan meninggalkan bekas kulit yang kehitaman dan akan memudar dalam beberapa bulan. Paederus dermatitis tidak akan menimbulkan scar atau bopeng bila tidak terjadi infeksi sekunder akibat terapi yang salah.