Salah Cerna dan Rasa Panas di Dada

K. Tatik Wardayati

Penulis

Salah Cerna dan Rasa Panas di Dada
Salah Cerna dan Rasa Panas di Dada

Intisari-Online.com – Salah cerna merupakan istilah yang tidak spesifik yang digunakan untuk menggambarkan rasa tidak enak dalam perut yang sering terjadi sehabis makan. Salah cerna bukanlah suatu penyakit. Salah cerna merupakan gabungan beberapa gejala, termasuk rasa tidak enak atau rasa panas di bagian atas perut, mual-mual, dan rasa kembung atau rasa penuh yang dapat dikurangi dengan bersendawa.

Penyebab salah cerna kadang-kadang sulit ditentukan. Pada sejumlah orang, makan makanan tertentu atau minum alkohol saja bisa menjadi pemicunya. Sedangkan pada orang lain, rasa tidak enak itu dapat merupakan kejadian sehari-hari.

Bentuk umum salah cerna adalah rasa panas di dada. Setiap hari, sebanyak 10% orang dewasa mengalami rasa panas yang biasa disebut “panas di dada”. Secara teknis disebut gastroesophageal reflux, rasa panas di dada yang terjadi ketika asam lambung kembali naik ke kerongkongan. Rasa asam dan rasa makanan yang kembali ke mulut terasa menyertai rasa panas di bawah tulang dada Anda.

Mengapa asam ini kembali? Biasanya, otot lingkar pada bagian bawah kerongkongan Anda, yang disebut sfingter, menutup lambung tetapi tetap memungkinkan makanan masuk ke lambung ketika menelan. Kalau sfingter itu kendur secara tidak wajar atau menjadi lemah, asam lambung dapat mengalir kembali (reflux) ke dalam kerongkongan dan menimbulkan iritasi.

Berbagai faktor penyebab kembalinya asam itu, antara lain kegemukan mengakibatkan besarnya tekanan pada rongga perut. Obat-obat, makanan dan minuman tertentu juga dapat mengendurkan otot lingkar kerongkongan atau mengiritasi kerongkongan. Makan terlampau kenyang atau tidur sehabis makan dapat pula mendorong terjadinya arus balik (reflux).

Mengubah cara dan jenis makan Anda, merupakan langkah awal untuk mencegah rasa “panas” di dada.

  • Aturlah berat badan. Turunkan berat badan kalau kegemukan.
  • Sering makan makanan kecil.
  • Hindari makanan dan minuman yang bisa mengendurkan otot lingkar kerongkongan atau mengiritasi kerongkongan (misalnya makanan berlemak, alkohol, minuman yang mengandung kafein atau karbonat, kopi tanpa kafein, peppermint, spearmint, bawang putih, bawang bombay, kayu manis, cokelat, buah jeruk, dan jus jeruk serta produk-produk dari buah tomat).
  • Berhenti makan 2- 3 jam sebelum berbaring atau pergi tidur.
  • Berhenti merokok; tinggalkan penggunaan nikotin.
  • Jangan mengenakan pakaian dan ikat pinggang ketat.
  • Hindari membungkuk berulang-ulang atau melakukan pekerjaan berat selama satu jam sesudah makan.
  • Obat-obat antasida yang dijual bebas dapat mengurangi rasa panas ringan di dada dengan menetralisir asam lambung untuk sementara waktu. Namun, penggunaan obat-obat antasida yang mengandung magnesium secara berlebihan atau dalam waktu lama dapat menyebabkan diare. Produk-produk berbahan dasar kalsium atau aluminium dapat menyebabkan sembelit. Jenis obat lain seperti Pepcid, Tagamet, dan Zantac dapat menghilangkan atau mencegah gejala rasa panas di dada dengan mengurangi produksi asam lambung. Obat-obat ini tersedia secara bebas dan diperkuat sesuai resep dokter.
Sebagian besar masalah salah cerna dan rasa panas di dada itu hanya terjadi kadang-kadang dan bersifat ringan. Namun, kalau Anda mengalami rasa tidak enak yang menghebat atau setiap hari, jangan mengabaikan gejala itu. Kalau tidak diobati, rasa panas di dada yang kronis dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut pada kerongkongan bagian bawah. Ini mengakibatkan Anda sulit menelan. Dalam kasus yang jarang, rasa panas di dada yang hebat dapat menjurus pada keadaan yang disebut Barret’s esophagus, yang dapat meningkatkan risiko kanker.

Gejala rasa panas di dada dan salah cerna dapat mengisyaratkan adanya suatu penyakit yang lebih serius. Pergilah ke dokter bila gejala membandel atau semakin parah, atau bila sulit menelan. (Mayo Clinic Guide to Self-Care)