Intisari-Online.com - Hampir setiap orang ingin berumur panjang. Berbagai cara pun dilakukan untuk mencapainya. Selain menjaga kesehatan dengan rajin berolah raga dan mengonsumsi makanan yang sehat, beberapa orang juga rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Hasil penelitian berikut ini menambahkan hal lain (yang tampaknya sangat mempengaruhi cara-cara tadi), yaitu faktor pendapatan.
Temuan tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menganalisis data Human Mortality Database (Basis Data Kematian Manusia) yang dikelola oleh para peneliti dari University of California, Berkeley dan Max Planck Institute for Demographic Research di Jerman.
Para peneliti menganalisis data warga Amerika Serikat sejak tahun 1930 serta melakukan proyeksi sampai tahun 2055. Hasilnya menunjukan bahwa rata-rata angka harapan hidup orang Amerika yang dilahirkan saat ini adalah 78,49 tahun dan diperkirakan akan meningkat sekitar tiga tahun pada tahun 2055. Angka ini jelas menunjukan peningkatan bila mengacu pada angka harapan hidup tahun 1900 (47,3 tahun), tahun 1930 (59,85), dan tahun 2006 (77,7).
Hanya saja data tersebut juga menunjukan sebuah temuan yang tidak terlalu baik, yaitu terjadinya kesenjangan angka harapan hidup yang dimiliki kelompok kaya dan miskin. Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula angka harapan hidupnya, begitu juga sebaliknya.
“Harapan hidup secara dramatis terpengaruhi oleh pendapatan,” ujar Justin Denney, seorang asisten profesor di bidang sosiologi dari Rice University in Texas. Para peneliti menduga bila seseorang memiliki pendapatan yang rendah, maka akan sulit baginya menjaga kesehatan serta berobat saat terserang penyakit kronis yang mungkin dapat mempercepat kematiannya.
Bila dibandingkan dengan Indonesia yang angka harapan hidupnya 70 tahun, maka Amerika jelas lebih tinggi. Namun, bila dibandingkan dengan Jepang (83,91 tahun) dan Monako (89,68 tahun), angka harapan hidup warga Amerika jelas lebih rendah. Akan tetapi tingginya angka harapan hidup ini belum tentu berarti baik, karena Jepang sendiri mengalami masalah dengan banyaknya penduduk lanjut usia, terutama bila dikaitkan dengan upaya pemberdayaan. (MyHealthNewsDaily)