Antibiotik Sebabkan Perubahan Warna Gigi

K. Tatik Wardayati

Penulis

Antibiotik Sebabkan Perubahan Warna Gigi
Antibiotik Sebabkan Perubahan Warna Gigi

Intisari-Online.com - Mari bercermin. Buka mulut. Perhatikan dengan cermat bagaimana warna gigi kita. Sebagian besar warna gigi kita berubah warna tidak putih lagi. Gaya hidup dan pola makan dapat mengubah warna gigi yang seharusnya berwarna putih tersebut.

“Penyebab warna gigi bisa dari dua sumber. Yaitu sumber eksternal dan internal,” jelas drg. Yudha Rismanto, Sp. Perio. Penyebab eksternal bisa karena terlalu sering minum kopi, teh, atau karena nikotin. Hal-hal itu tidak menyebabkan plak namun membuat deposit pada permukaan gigi yang membuat gigi berubah warna. Kandungan tanin pada minuman teh dan kopi dapat menyebabkan permukaan gigi berubah warna. Warna gigi dapat berubah menjadi kecokelatan atau kehitaman.

Sementara, penyebab internal salah satunya adalah pemakaian antibiotik yang terus-menerus. Antibiotik yang diminum memang akan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk tulang dan gusi sekitar gigi. Perubahan warna gigi akibat antibiotik biasanya menimbulkan pewarnaan yang merata pada semua gigi, atau sebagian besar gigi. Pada anak, bila masih gigi susu sudah mulai berubah warnanya karena antibiotik, maka pada gigi tetapnya tidak lantas berubah kembali menjadi putih. Perubahan warna gigi akibat antibiotik ini biasanya gigi berwarna cokelat, kuning, atau keabu-abuan.

Namun, hanya satu jenis antibiotik yang dapat mengakibatkan perubahan warna gigi yaitu antibiotik tetrasiklin. Tetrasiklin biasa digunakan untuk mengobati berbagai penyakit akibat bakteri seperti radang tenggorokan, diare, dan infeksi akibat bakteri yang lainnya. Tetrasiklin menyebabkan gangguan warna gigi karena terikat dengan komponen kalsium pada email dan dentin pada saat pembentukannya.

Pewarnaan gigi karena pengaruh eksternal 90 persen dapat dihilangkan atau diputihkan kembali dengan alat khusus yang ada pada dokter gigi. Namun, perubahan warna gigi akibat penggunaan antibiotik atau pengaruh internal lainnya, memang sulit diputihkan kembali. (*)