Intisari-Online.com – Saat anak ketiga Lu Libing lahir, dia tidak sanggup membayar denda besar yang diwajibkan pemerintah China, sehingga dia harus merelakan anaknya untuk diadopsi.(baca juga:Facebook 'Mengancam' Anak-anak)“A Home Where Dreams Come True” (Rumah Tempat Mimpi Jadi Kenyataan) adalah laman tempat Lu Libing berlabuh.
Laman tersebut mengaklaim dirinya sebagai forum adopsi internet terbesar di China, bagian dari industri yang tidak teregulasi selama bertahun-tahun.
“A Home Where Dreams Come True” mengklaim, 37.841 bayi telah diadopsi lewat situs mereka, medio 2007 sampai Agustus 2012.
Laman ini merupakan tempat bagi para pasangan yang memiliki anak, untuk mencari orangtua adopsi, saat mereka tidak mampu mengasuh anaknya lagi.
Dari laman tersebut, para orangtua yang melakukan perdagangan bayi, bisa mendapatkan uang antara 10.000 yuan sampai 50.000 yuan.
Lebih dari 380 bayi diselamatkan, 1.094 orang ditahan saat pemerintah merazia industri tersebut bulan lalu.
Laman ini dan laman sejenis, banyak yang sudah ditutup karena bersifat ilegal dan bertanggung jawab atas perdagangan bayi.
Pejabat badan adopsi pemerintah China, China Centre for Children’s Welfare and adoption, mengatakan para orangtua dapat mendaftar pada kementerian urusan sipil untuk menyerahkan anak-anak mereka.
“Menggunakan laman-laman tersebut sangat salah, anak-anak bukanlah komoditas.” Ujarnya.
Akibat kebijakan satu bayi, para orangtua yang ingin memiliki anak kedua dan seterusnya, harus membayar denda sekitar 50.000 yuan sampai 80.000 yuan.
Jika denda tidak dibayar, anak tersebut akan dikategorikan sebagai “ilegal” dengan tidak diberi akses untuk sekolah dan perawatan. (voaindonesia.com)