Efek SBY Masih Lebih Dahsyat dari Efek Jokowi

Axel Natanael Nahusuly

Penulis

Efek SBY Masih Lebih Dahsyat dari Efek Jokowi
Efek SBY Masih Lebih Dahsyat dari Efek Jokowi

Intisari-Online.com - Pengamat politik dari Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah menilai, efek Joko Widodo (Jokowi) belum signifikan sebagai pendongkrak suara PDI-Perjuangan dalam Pemilu 2014. Menurut Eep, efek Jokowi tidak sedahsyat efek Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilu 2004."Membandingkan Jokowi dan SBY itu adil kalau pada 2004, dan Jokowi pada 2014. Kedahsyatannya Jokowi masih di bawah Demokrat," kata Eep, di Studio Kompas TV, Jakarta, Rabu (9/4/2014) malam.Menurut hasil sementara perhitungan cepat Kompas, PDI-P unggul dengan perolehan suara 19,52 persen. Posisi kedua dan ketiga ditempati Partai Golkar (15,22 persen) dan Partai Gerindra (11,58 persen).Menurut Eep, perolehan suara PDI-P ini tidak seperti bayangan sebagian besar kalangan jika mengingat Jokowi unggul di berbagai survei selama ini. Elektablitas Jokowi, katanya, tidak mendongkrak elektabilitas PDI-P. Mantan pengajar di Universitas Indonesia ini menyebut PDI-P unggul dalam pileg 2014 cenderung karena kompetitornya kerap melakukan kesalahan."PDI-P seperti pemain bulu tangis, dapat banyak poin bukan karenasmash-nya yang menukik tajam, serangan yang mengejutkan, melainkan karena lawan mereka banyak yang permainannya menyangkut di net atau out," ujar Eep.Fenomena ini, lanjut Eep, sedianya menjadi pengingat bagi PDI-P bahwa memenangkan pemilu tidak semudah yang dibayangkan. Pemenangan itu, kata Eep, juga harus dijemput.(Baca juga: Hitung Cepat Kompas: PDI-P, Golkar, dan Gerindra Teratas)"Ada kesenjangan elektoral partai dengan Jokowi sampai 17-20 persen, besar sekali. Ini harus dsadari benar PDI-P," ujarnya.Eep juga menilai, kecilnya pengaruh Jokowi terhadap elektabilitas PDI-P ini bisa saja karena masyarakat Indonesia saat ini mulai memilih partai yang tidak selalu identik dengan calon presiden yang diusung partai tersebut. Untuk menghadapi kecilnya efek Jokowi ini, menurut Eep, PDI-P perlu instropeksi diri. Harus ada instropeksi serius mengapa PDI-Perjuangan tidak disukai seperti halnya Jokowi."Kalau yang membuat para pemilih tidak suka pada PDI-P melekat juga pada Jokowi, daya tolak orang akan tinggi, harus ada instropeksi. Mengapa PDI-P tidak disukai seperti Jokowi, tidak boleh melekat pada Jokowi saat pilpres karena daya tolaknya akan tinggi," papar Eep. (Kompas)