Intisari-Online.com -Sikap tegas ditunjukkan oleh pemerintah negara bagian Victoria, Australia, terkait kasus pedofilia. Yang terbaru, mantan pendeta di sebuah sekolah Katolik di negara bagian tersebut, Frank Klep, dipenjara 10 tahun dan 6 bulan karena terbuktiterbukti melakukan kejahatan seksual kepada sejumlah murid di sekolah tempat dia mengajar sejak 1970-an.
Sedikit menyinggung riwayat mengajar Klep. Ia pernah mengajar di sekolah Katolik, Salesian College Rupertswood di kawasan Sunbury, utara kota Melbourne pada tahun 1970 hingga 80-an. Terkait kasusnya, Klep mengaku bersalah atas 15 kejahatan seksual yang melibatkan banyak anak laki-laki, termasuk dua bersaudara yang berusia 11 dan 15 tahun.
Ketika itu Klep ditugasi untuk menjaga anak-anak yang sakit. Ironis, tanggung jawabnya ia salah gunakan dengan melakukan tindak pelecehan seksual kepada murid-muridnya tersebut.
Ketika persidangan, hakim Frank Gucciardo menjelaskan pria yang kini berusia 70 tahun itu telah melakukan tindakan yang mengerikan, predator, keji; menyebabkan kehancuran bagi hidup para korban, jug keluarganya.
Meski demikian, banyak orangtua korban yang awalnya tidak percaya bahwa Klep adalah predator seksualkarena selama ini Klep kerap datang ke pernikahan atau pemakaman korban-korbannya. Sampai akhirnya pengadilan menghadirkan mereka langsung untuk menyaksikan proses persidangan.(Baca juga: Waspada, Pedofil Biasanya Baik dan Lembut pada Anak-anak)
Dalam sebuah kesaksian yang ditulis oleh seorang ibu korban menyebut, ia merasa dihantui dengan keputusannya di masa lampau dengan mengirimkan anaknya ke sekolah tersebut.
"Anak-anak lelaki yang kamu siksa itu menjadi rusak karena tingkah laku kamu," ujar hakim Gucciardo kepada tersangka kasus pedofilia Klep. "Kamu telah menghancurkan kehidupan mereka dan efeknya juga telah dirasakan oleh para korban dalam segala aspek kehidupan mereka dan keluarganya juga."
Bagi hakim, pelecehan dan penyiksaan seksual telah menyebabkan para korban menjadi tak mampu memiliki dan menjaga hubungan, termasuk untuk mendapat kesempatan menempuh ilmu dan bekerja. Awal tahun lalu, Klep berusia meminta maaf kepada para korban, tapi ditolak mentak-mentah.
Klep yang aslinya kelahiran Belanda dan pindah ke Australia ketika berusia 10 tahun sejatinya adalah pribadi yang bahagian ketika kecil. Dari kesaksiannya ditemukan, Klep tidak pernah mendapatkan penyiksaan yang berarti dari siapa pun ketika kecil. (Tribunnews.com)