Intisari-Online.com -Seluruh publik Brasil siap berpesta hari itu. Beragam atribut telah disiapkan. CBF—PSSI-nya Brasil—bahkan sudah mencetak 22 medali emas yang ditatah dengan nama-nama para pemainnya. Bahkan, presiden FIFA waktu itu, Jules Rimet, telah menyiapkan pidato khusus untuk menyambut kemenangan pertama Brasil di Piala Dunia 1950 di Stadion Maracana.
Tapi semuanya hancur berantakan ketika di menit 79 sayap Uruguay Alcides Ghiggia menceploskan bola ke gawang Moacir Barbosa. Maracana terdiam. Mati. Kejadian ini, selanjutnya lebih terkenal dengan sebutan Tragedi Maracanazo.
Tidak hanya para penonton yang hadir di stadion, seluruh Brasil dirundung kesedihan yang tak terperi. Sebagai reaksi atas kekalahan tersebut, beberapa surat kabar menyatakan tidak bisa terima dengan kekalahan tersebut. Seorang penyiar radio bernama Ary Barrosa tiba-tiba mengundurkan diri. Beberapa fans di Brasil kedapatan bunuh diri karena tidak bisa menanggung malu.
BBC menyebut Tragedi Maracanazo sebagai salah satu momen terburuk dalam sejakah sepakbola Brasil. Tidak hanya masyarakat, nasib para pemain Brasil juga tak kalah buruk. Beberapa menjai korban caci-maki dan amarah pendukungnya. Sebagian bahkan diam-diam menyatakan mundur dari sepakbola. Sebagian lagi menanggung malu dan merasa bersalah sepanjang hidupnya.
Moacir Barbosa si penjaga gawang menjadi orang yang paling dipersalahkan. “Hukuman di Brasil paling lama 30 tahun penjara. Tapi aku, untuk kesalahan yang tak sepenuhnya jadi tanggung jawabku, telah menjalani hukuman selama 50 tahun,” ujar Barbosa pada 2000, sesaat sebelum ajalnya dijembut.(Baca juga: Hal Unik di Piala Dunia 2014)
Imbas lain, seperti dikutip dari buku Bola Memang Gila karya Owen A. McBall, Federasi Sepakbola Brasil memutuskan untuk mengganti warna kostum timnasnya dari kaos putih celana putih bergaris biru, menjadi kuning untuk kaos dan biru bergaris hijau untuk celana.
Mengutip bait terakhir puisi “Black Orpheus” karya Vinicus de Moraes berjudul “Black Orpheus” yang dipersembahkan khusus buat tragedi tesebut, “...dari kematian, kita nyaris tidak terlahirkan.” Siapa sangkat, melalui Tragedi Maracanazo, Brasil memulai tradisinya dalam dunia sepakbola.
Brasil berturut-turut menjadi juara Piala Dunia pada 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002.