Intisari-Online.com – Ketika awal orang membangun gedung bertingkat, yang namanya eskalator masih belum ada. Mau tidak mau kalau orang hendak menuju lantai atas, dia harus mau keluar tenaga melewati tangga bangunan yang kaku tak bergerak. Nah, ketika sudah ada eskalator, maka tangga yang bergerak kaki pun diam.
Itu dengan asumsi kalau orang itu kuat. Kalau tidak? Dari sini muncul ide, bagaimana kalau anak tangganya bisa bergerak, sehingga orang yang hendak naik ke lantai atas cukup diam berdiri.
Maka, akhir abad ke-19 diciptakanlah eskalator. Tepatnya tahun 1899, saat Charles D. Seeberger bergabung dengan perusahaan Otis Elevator Co. Perusahaan ini didirikan oleh Elisha Graves Otis, dan pada 1852 menemukan elevator (lift) aman pertama di dunia.
Kolaborasi Seeberger dan Otis menghasilkan eskalator jenis tangga pertama untuk umum. Ekslator pertama itu dipasang di Paris Exhibition 1900. Pada tahun 1910, Seeberger menjual hak patennya ke Otis.
(Baca juga: Aktivitas Kantor yang Menyehatkan)
Kini, di gedung-gedung bertingkat, termasuk pusat-pusat perbelanjaan, eskalator seakan sudah menjadi fasilitas yang wajib ada. Demikian pula dengan lift. Memang, ada kengerian menapakkan kaki ke atasnya, terutama pada mereka yang baru pertama kali (hendak) menggunakannya. Wajar saja, karena kaki harus menginjak anak tangga yang bergerak.
Cara kerja eskalator memang mirip ban berjalan. Sebuah motor listrik memutar gir di bagian atas eskalator yang kemudian menggerakkan sepasang rantai yang menghela anak-anak tangga. Biasanya sebuah eskalator menggunakan motor berkekuatan 100 tenaga kuda untuk memutar gir tadi. Motor dan sistem rantai itu “dikandangkan” di dalam truss, sebuah struktur baja yang membingkai eskalator.
Satu hal yang mengagumkan dari eskalator adalah bagaimana anak tangga itu bergerak. Setiap anak tangga memiliki dua set roda, yang berputar sepanjang dua rel yang berbeda. Roda atas (dekat anak tangga) disambungkan ke rantai yang berputar, yang ditarik oleh gir atas. Roda lainnya hanya berputar sepanjang lintasannya, mengikuti gerakan roda pertama. Rel tadi dipisah sedemikian rupa sheingga setiap anak tangga akan selalu dalam posisi datar. Masing-masing anak tangga memiliki serangkaian kaitan di dalamnya, sehingga tidak lepas dengan anak tangga di belakang atau di depannya selama proses pemutaran oleh gir.
Supaya keseimbangan orang yang naik eskalator terjaga, dibuatlah pegangan tangan (handrail) berupa sabuk karet yang kecepatannya diatur seirama dengan kecepatan anak tangga. Meski kecepatannya sedeang-sedang saja (27 – 55 m per menit), daya angkut eskalator tak bisa disepelekan. Pada kecepatan 44 m per menit, eskalator sanggup mengangkut 10.000 orang setiap jamnya!
Fleksibilitas eskalator membuatnya cocok untuk pusat perdagangan, tempat hiburan, kantor, atau penggunaan lainnya. Namun, Otis tetap mengutamakan keselamatan pengguna. Ada deflektor khusus yang mencegah benda tidak masuk ke handrail entry box. Penggunaan bahan potongan alumunium yang tak mudah lepas menjamin kekuatan anak tangga.
Faktor estetika juga amat diperhitungkan. Desainnya harus sesuai dengan interior bangunan agar terlihat makin elegan dan aman. (Intisari)