Intisari-Online.com - Kisah Putri Tidur mungkin bukan hanya ada dalam dongeng. Telah tertidur 22 jam sehari, kisah wanita ini mirip dengan dongeng Putri Tidur yang digemari oleh anak perempuan. Sayangnya, alih-alih senang Beth Goodier (20) seorang wanita asal Manchester, Inggris, penderita sindrom Putri Tidur atau sindrom Kleine-Levine (KLS) justru merasa sangat menderita. Ketimbang beraktivitas seperti orang-orang seusianya, hidupnya kini didominasi oleh tidur. Ia hanya mampu terjaga selama dua jam setiap hari.Gangguan saraf ini dialaminya sejak berusia 16 tahun. Dokter mengatakan, tidak ada obat untuk menyembuhkannya, sebab sindrom tersebut akan hilang sekitar 13 tahun setelah serangan pertamanya. Memang, gangguan ini tidak menetap dan biasanya hanya muncul setiap lima minggu. Namun, setiap kali gangguan itu datang, ia bisa tidur antara satu dan tiga minggu, serta membutuhkan perawatan dan pengawasan selama 24 jam.Gangguan saraf ini sendiri membuatnya tidak bisa bekerja dan belajar. Saat bangun, ia seperti anak kecil yang bingung dan tidak mampu membedakan antara realitas dan mimpi. Sindrom KLS adalah sebuah penyakit langka yang menimpa sekitar 1.000 orang di seluruh dunia, dan hanya 40 orang di Inggris. Goodier, adalah salah satunya. "Saya ada di dalam usia di mana saya sangat bergairah untuk beraktivitas. Namun, saya tidak bisa karena saya membutuhkan pengawasan dari ibu ketika sakit. Ini sangat membuat saya frustasi," katanya.Di saat orang-orang seusianya beraktivitas, bersosialisasi, mencari pengalaman dan jati diri, Goodier terpaksa terjebak di rumah ibunya. Ia tidak mampu pergi ke mana-mana, bahkan berkuliah atau bekerja. "Mereka berada di titik penting dalam hal pendidikan, kehidupan sosial, keluarga, dan pekerjaan," kata Dr. Leschziner, seorang ahli saraf. "Ini adalah kondisi yang sangat buruk karena tidak dapat diprediksi."Sindrom Putri Tidur ini umumnya menimpa mereka yang berusia sekitar 15 tahun. Diperkirakan, sebanyak 70 persen dari penderitanya adalah laki-laki. Tidak ada obat, tanda-tanda peringatan, maupun gejala yang mampu diidentifikasi. Bahkan, karena kelangkaannya, sindrom ini sering kali butuh waktu lama untuk didiagnosa dan cenderung dianggap sama dengan epilepsi atau narkolepsi.Penderitaan Goodier tidak sampai di situ. Saat terbangun, ia seperti tidak sadar dan hanya berbaring di tempat tidur, atau sofa, dan menonton televisi. "Sindrom Putri Tidur ini telah mengambil semua waktu penting saya. Saya hanya ingat beberapa kejadian saja, dan ini mengerikan," tutur Beth Goodier.(Nydailynews)