Advertorial
Intisari-Online.com - Selasa (5/6/2018), pedangdut Via Vallen membagikan sebuah dugaan pelecehan seksual yang dilakukan kepada dirinya oleh seorang pemain bola melalui Insta Story di akun Instagram miliknya, @viavallen.
Via mengunggah sebuah bidik layar dei percakapan yang berlangsung melalui direct message (DM) Instagram.
"I want u sign for me in my bedroom, wearing sexy clothes," tulis pengirim pesan tersebut.
Pelantung lagu “Sayang” tersebut merasa terhina oleh pesan yang dikirimkan oleh ‘pesepak bola terkenal di Indonesia’ yang nama dan fotonya ditutupi oleh Via tersebut.
Baca juga:Bukan Emas atau Uang, Ini Harta Karun Tiongkok yang Ditemukan di Laut Jawa Indonesia
"As a singer i was being humiliated by a famous footbal player in my country right now. I'am not a kind that girl, dude!!!," tulis Via lagi.
Belakangan, postingan yang kemudian dibagikan ulang oleh akun Instagram gosip tersebut menjadi perbincangan, bahkan dapat dibilang perdebatan.
Ada yang setuju dengan tindakan yang dilakukan Via, namun tak sedikit yang menganggap tindakan Via tersebut berlebihan.
Via disalahkan karena dianggap terlalu mengumbar hal yang pribadi ke publik.
Bahkan ada yang menganggap pesan yang dikirim oleh ‘pesepak bola terkenal di Indonesia’ tersebut biasa saja.
Ya, ada sebagian warganet Indonesia yang menganggap pelecehan seksual, khususnya dalam bentuk verbal itu wajar.
Anda termasuk yang merasa kaget dengan ‘temuan’ tersebut? Rasanya tak perlu, meski tentu saja tetap harus merasa resah.
Sebab, menurut Kepala Subkomisi Bidang Partisipasi Publik Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, masyarakat Indonesia belum benar-benar memahami apa itu pelecehan seksual.
Baca juga:Menurut Tokoh Lebanon Ini, Solusi Bagi Israel adalah Lenyap dari Muka Bumi
“…Kalau ditanya tentang dampak, penyebab, bentuk, masyarakat masih belum dapat mengenal itu,” tutur Maria seperti dikutip dari CNNIndonesia.com.
Tindakan siul, Maria mencontohkan, dianggap sebagai sesuatu yang wajar alias lumrah.
“...Disiul itu wajar karena mereka perempuan,” tutur Maria.
Padahal, sebuah penelitian yang diterbitkan akhir 2016 oleh University of Kent mengatakan bahwa pelecehan seksual verbal terhadap seorang wanita dapat menyebabkan agresi terhadap wanita dan "mengurangi perhatian moral untuk objek yang teridentifikasi."
Para peneliti, yang bekerja dengan lebih dari 200 peserta berusia 12 hingga 16 tahun, menemukan hubungan antara catcalling (pelecehan seksual verbal) dan agresi dapat mulai berkembang pada awal masa remaja, dan dapat mengarah pada persepsi yang berbahaya bahwa wanita semata-mata harus dilihat sebagai objek seksual.
Citra seksual wanita di media juga bisa menambah buruk pandangan ini, demikian penelitian itu. Dan semakin panjang persepsi ini diyakini valid, semakin sulit mereka berubah seiring waktu.
Dengan kata lain, ungkapan-ungkapan verbal yang dapat dimaknai sebagai pelecehan seksual pada dasarnya ‘hanya’ sebuah pintu gerbang menuju pelecehan seksual dalam bentuk fisik, pintu gerbang menuju tindakan-tindakan menjijikan seperti menyentuh atau meraba, bahkan yang paling fatal berupa pemerkosaan.
Jadi, masih mau menganggap tindakan Via Vallen berlebihan?
Baca juga:Tak Hanya Jadi Prajurit Militer, Inilah 10 Fakta Wanita Israel yang Jarang Diketahui