Advertorial

Studi: Wanita Pengidap Kanker Payudara Tidak Perlu Kemoterapi

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
Mentari DP

Tim Redaksi

Mereka hanya perlu mengonsumsi obat yang menghambat hormon estrogen. Obat penghenti hormon tamoxifen yang disebut terapi endokrin.
Mereka hanya perlu mengonsumsi obat yang menghambat hormon estrogen. Obat penghenti hormon tamoxifen yang disebut terapi endokrin.

Intisari-Online.com- Banyak wanita yang mengidap kanker payudara tahap awal biasanya akan menerima kemoterapi.

Namun menurut penelitian internasional sebenarnya kemoterapi tidak dibutuhkan.

"Kami dapat menyelamatkan ribuan wanita agar tidak mendapat perawatan beracun yang merugikannya," kata Dr Ingrid A. Mayer, dari Vanderbilt University Medical Center.

Studi ini ungkap bahwa tes gen pada sampel tumor mampu mengidentifikasi wanita yang akan tetap aman hidupnya tanpa harus menjalani kemoterapi.

Baca Juga:Digembleng Secara Ganas Tentara Wanita Israel Bisa Bunuh Musuh Sambil Tertawa-tawa

Mereka hanya perlu mengonsumsi obat yang menghambat hormon estrogen.

Obat penghenti hormon tamoxifen dan obat-obatan terkait, yang disebut terapi endokrin, telah menjadi bagian penting dari perawatan ini.

Karena obat itu dapat menurunkan risiko kekambuhan bagi kanker payudara dan bahkan kematian .

"Saya pikir ini adalah kemajuan yang sangat signifikan," kata Dr Larry Norton, dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center di New York.

Lebih lanjut Norton akan sangat senang mengatakan kepada pasien kalimat seperti:

"Kami menganalisis tumor Anda, Anda memiliki prognosis yang sangat baik dan Anda sebenarnya tidak membutuhkan kemoterapi."

Temuan ini berlaku untuk sekitar 60.000 wanita per tahun di Amerika Serikat, menurut Dr. Joseph A. Sparano dari Montefiore Medical Center di New York, pemimpin penelitian.

Hasil penelitian itu tidak main-main, bahkan 70 persen pasien akhirnya dapat terhindar dari kemoterapi.

Baca Juga:Duh, Asik Menari dan Lakukan Backflip, Agen FBI Ini Tak Sengaja Jatuhkan Pistolnya dan Tembak Orang

Tetapi Dr. Sparano dan Dr. Mayer menambahkan catatan peringatan.

Data menunjukkan bahwa beberapa wanita berusia 50 tahun atau bahkan yang lebih muda mungkin mendapat manfaat bagus dari kemoterapi.

Bahkan jika hasil tes gen menunjukkan sebaliknya. Tidak jelas mengapa.

Tetapi para wanita itu membutuhkan konsultasi yang sangat hati-hati.

Kemoterapi dapat menyelamatkan nyawa, tetapi memiliki risiko serius yang juga merugikan.

Selain rambut rontok dan mual yang ditakuti pasien, kemo dapat menyebabkan kerusakan jantung dan saraf.

Hal ini dapat membuat pasien rentan terhadap infeksi dan meningkatkan risiko leukemia di kemudian hari.

Namun, terapi endokrin juga memiliki efek samping, seperti penambahan berat badan dan nyeri pada persendian dan otot.

Sementara tamoxifen dapat meningkatkan risiko kanker rahim.

Baca Juga:Inilah Pandora, Wanita Cantik 'Penyebab' Keonaran dalam Mitologi Yunani yang Sebabkan Manusia Punah

Artikel Terkait