Advertorial
Intisari-online.com - Sepakbola adalah satu dari banyak olahraga yang berhasil menyatukan.
Namun, di sisi lain loyalitas dan aksi militan para suporter atas tim kebanggan mereka juga bisa menjadi pemicu terpecahnya suatu komunitas besar atas dasar loyalitas dan menjunjung kebanggaan mereka, dalam ranah bernama sepak bola.
Hal itulah yang terjadi di Irak.
Negara ini sempat menikmati masa pahit kala Saddam Husein berkuasa.
Di mana sepakbola merupakan salah satu hal yang harus diperjuangkan meski dengan darah sekalipun.
Baca Juga :'Partikel Tuhan', Penemuan Gila yang Menurut Stephen Hawking Bisa Memicu Kiamat
Uday Husein putra tertua dari Saddam Husein bertanggung jawab bertanggung jawab atas tim Irak dari 1984 hingga awal 2000-andan di bawah pengawasannya, mereka memperoleh pengakuan internasional.
Sayangnya, di bawah Uday Hussein, penyiksaan pemain sepakbola dan kebrutalan mencapai tingkat kesedihan yang tak tertandingi.
Pemain dipukuli dan dihadapkan pada hari-hari perawatan kejam, mereka hidup dalam ketakutan bahwa Uday akan menyuruh seluruh tim sepakbola Irak dieksekusi jika mereka kalah.
Mantan pemain sepakbola Irak telah datang untuk berbicara tentang apa yang mereka alami dan apa yang telah terjadi pada mereka sejak hari-hari mereka di lapangan untuk Irak.
Kejahatan Uday Hussein mengeksploitasi atlet yang rentan dan menciptakan perbedaan mengejutkan antara adorasi yang mereka terima di lapangan dan kebrutalan yang mereka alami di belakang layar.
Salah satu mantan pemain sepak bola Irak bernama, Sharar Haydar, mengenang insiden atas penyiksaan pemain sepakbola setelah mereka kehilangan satu pertandingan ke Jordania.
Ia diseret menyeberangi trotoar dengan dua pemain lainnya, di mana penyiksaan itu adalah hal keji yang diterimanya semasa itu.
Baca Juga :Asyik Berlibur, Bocah Tak Sengaja Temukan Pedang Legendaris Excalibur Milik Raja Arthur
"Ia (Uday) menanggalkan kemeja kami, mengikat kaki kami bersama-sama, dan menarik lutut kami di atas sebuah bar saat kami berbaring," kataHaydar.
"Kemudian mereka menyeret kami di atas trotoar dan beton, menarik kulit dari punggung kami."
Penyiksaan tidak berhenti di situ. Haydar dikurung di penjara dan dicambuk setiap hari.
Uday ingin mencontohkan para atletnya dan menakut-nakuti massa dengan perlakuannya terhadap tokoh-tokoh publik.
Walau para pemain Irak sudah terbiasa dengan praktik Uday, mereka berharap lebih baik mereka menghabiskan waktu dipenjara daripada menjadi pemain bola.
Seorang mantan pemain bernama Ahmed Redi juga mengatakan hal yang sana.
"Kami selalu bercanda tentang memiliki tiga rumah, pertama rumah kami sendiri, stadion, dan terakhir penjara."
Terakhir, jika Uday tidak senang dengan sebuah pertandingan, walau mereka menang sekalipun, pemain akan di penjara selama berhari-hari atau berminggu-minggu. (Afif Khoirul Muttaqin)
Baca Juga :Masih Ingat Kakek 75 Tahun yang Nikahi Gadis Berusia 25 Tahun? Begini Kondisi Keduanya Sekarang