Intisari-Online.com – Ratusan Ibu mengalami suatu masa di mana anak susah makan. Anak cenderung memilih makanan. Paling menyedihkan adalah ketika mereka menolak sajian buah dan sayuran. Kecenderungan ini mengakibatkan anak-anak rentan mengalami kekurangan mikronutrien, yang meski sedikit dibutuhkan oleh tubuh, tapi penting bagi tumbuh kembang anak. Padahal, mikronutrien banyak ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan.
Perubahan pola makan harus disadari oleh orangtua, terutama Ibu. Umur satu sampai dua tahun adalah masa transisi antara bayi dan anak. Merka mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan. Di akhir usia 1 tahun anak sudah mulai bisa minum sendiri dari gelas, dan sudah mulai makan sendiri, meski masih berceceran. Sementara saat anak berumur 15 bulan sudah mulai bisa memilih makan dan ketika umur 2 tahun sudah bisa makan sendiri.Nah saat itulah, orangtua harus tahu bahwa pedoman waktu makan anak-anak bukan lagi mengikuti jadwal orang dewasa, tapi adalah rasa lapar mereka. Anak-anak akan meminta makan ketika mereka merasa lapar, sementara mereka akan menolak makanan bila mereka merasa masih kenyang.
Mengikuti teori Ellyn Satter, pengasuh, dalam hal ini orangtua, menentukan makanan apa yang dihidangkan. Sementara, anak menentukan apakah akan makan makanan tersebut dan berapa banyak yang dimakan. Jika dipaksa, anak akan mengembangkan regulasi asupan makanannya. Anak tidak dapat mengembangkan ukuran rasa kenyangnya.
“Bila anak hanya mau disuapi oleh orang lain sebagai pengasuhnya, ya biarkan saja. Toh, orangtua masih bisa mengajak anak bermain, misalnya,” jelas Dr. dr. Saptawati Bardosono M.Sc., dokter ahli gizi dari FKUI-RSCM.
Bila anak tidak mau makan, ketahui dulu apa penyebabnya. Mungkin saja si anak sedang sakit. Mungkin saja anak sedang sariawan atau diare atau mengalami radang tenggorokan, misalnya, hingga ia ogah makan. Perhatikan juga masalah psikologis si anak, apakah ia sedang sedih, atau murung.
Orangtua perlu kreatif dalam menentukan makanan yang disajikan. Perkenalkan jenis makanan baru, namun lakukan secara bertahap. Kenalkan satu per satu terlebih dahulu, barulah dicampur dengan makanan lain. Kenalkan pula saat anak bisa menerima makanan, yaitu di pagi hari ketika anak sudah cukup istirahat semalaman. Bila orangtua tetap ingin menyajikan sayuran atau buahan dalam menu anak, bisa disembunyikan dalam olahan nugget ayam buatan sendiri, misalnya.
Ciptakan juga suasana makan yang menyenangkan. Lingkungan yang bersih, nyaman, serta tidak berisik memberikan suasana menyenangkan buat anak. Orangtua juga perlu menjadi role model buat anaknya. Bagaimana anak mau makan sayur atau buah, bila orangtuanya tidak doyan sayur dan buah.
“Tapi yang jelas, orangtua, terutama Ibu atau pengasuh, perlu bersabar dalam memberikan anak makan. Karena kesabaran ini akan menciptakan rasa percaya diri pada anak,” tutup dr. Tati. (*)