Intisari-Online.com - Sejak tahun 2005, air susu ibu (ASI) mulai sering diperjualbelikan. Bahkan, penjualan lewat online semakin marak dan kini menimbulkan polemik, karena standar keamanan dan kesehatannya sulit dipertanggungjawabkan.Semua agen kesehatan, termasuk WHO, memang menegaskan bahwa ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi, terutama dalam umur 6 bulan pertama.Karena itu, bisnis ASI oun marak, bahkan merambah dunia online. Only The Breast atau Milk Share, misalnya, merupakan salah satu situs yang memperdagangkan ASI.Situs-situs itu menawarkan daftar penjual ASI. Posting-an yang ada seperti iklan pribadi. Setiap iklan menyediakan keterangan umur (ibu), lokasi, gaya hidup, bahkan terkadang anaknya yang baru lahir."Susu saya bebas, harian juga," demikian salah satu tulisan di iklan itu."Sasya dan suami adalah bekas atlet profesional di NBA dan WNBA," tulis iklan lainnya.Iklan ini ingin menegaskan bahwa mereka punya gaya hidup sehat, sehingga susu sang ibu juga sehat.Namun, menurut studi pertama yang meneliti susu yang dijual secara online, ternyata banyak yang tak seperti diiklankan. Gaya hidup penjual susu ibu tak sesehat yang dipromosikan.Laporan studi yang dipublikasikan Pediatrics menyebutkan, 101 susu yang menjadi sampel tidak sesuai standar. Mereka menemukan ada 74 persen susu ibu yang dijual kurang sehat. Bahkan, sebagian ada yang terkontaminasi oleh salmonella atau bakteri E.coli."Kami mencari risiko sekecil apa pun sampai risiko sakit seperto miningitis. Berdasarkan apa yang kami lihat, seorang wanita yang menjual air susunya di online karena bayinya sakit," kata Sarah Keim, ketua tim studi itu.ASI LiarPertukaran atau jual-beli ASI ada di mana-mana, terutama di Eropa dan Amerika. Sebab, beluma da regulasi yang mengatur. Sebagai contoh, Food and Drug Administration (FDA) tak membatasi penjualannya atau mengenakan aturan dan pengawasan seketat penjualan susu sapi.Sehingga, bisa dikatakan ASI yang diperjualkan itu tergolong liar. Sebab, itu dijual tanpa lewat pengawasan dan uji klinis.Baru pada 2010, FDA membuat langkah. Lembaga ini mengutuk penjualan ASI secara online. FDA juga mengingatkan bahwa bayi yang mengkonsumsi ASI ini bisa dalam bahaya."Sebab, susu donor itu tak melewati pemeriksaan soal penyakit infeksi dan kandungan-kandungan yang berisiko," tegas FDA.Dalam studinya, Sarah Keim membeli ASI yang dijual secara online. Lalu, timnya membandingkan kualitas susu itu dengan ASI yang disimpan di bank ASI yang sudah terjamin kualitasnya."Teorinya sederhana, mereka yang mendonorkan atau menjual ASI belum terlatih bagaimana menyimpan dan memperlakukan ASi dengan standar yang baik," ujarnya,Sebanyak 12 sampel yang dibeli baru sampai ke pembeli dalam tiga sampai 6 hari. Kualitasnya jelas sudah sulit dipertanggungjawabkan. Sebanyak 19 persen dikirim lewat pengapalan dengan temperatur ruangan."Ini jelas mengundang bakteri," tegasnya.DibantahEmma Kwasnica sebagai pendiri Human Milk 4 Human Babies membantah bahwa susu-susu itu diperjualbelikan. Menurutnya, itu didonorkan dan kualitasnya terjaga.Organisasinya telah mengkordinasi 130 grup dari 52 negara untuk berbagi ASI. Pihaknya sudah menerapkan standar keamanan yang baik."Studi itu ingin menghapus layanan susu secara online, tapi mereka melakukan kesalahan," kecamnya.Ia juga menegaskan, jaringan operasinya berbeda dengan para penjual ASI yang menjadi obyek penelitian itu. Tapi, bukan berarti dia setuju dengan studi itu. Sebab, metodologi studi itu belum bisa dipertanggungjawabkan.Sumber: The Verge