Intisari-Online.com – Kelainan kaki diabetik terjadi akibat gula darah tidak terkontrol dalam jangka panjang. Jika berlangsung lama, maka akan terjadi kerusakan syaraf (neuropati diabetik) dan gangguan pembuluh darah. Rusaknya syaraf ini menyebabkan penderita diabetes tidak lagi dapat merasakan panas atau dingin, sakit atau tidaknya pada tangan dan kaki. Gejala yang sering dirasakan seperti baal dan lemak pada tangan dan kaki.
Seperti halnya yang terjadi pada pembuluh darah jantung, kerusakan pada pembuluh darah di kaki juga dapat menyebabkan penyempitan dan sumbatan sehingga suplai oksigen berkurang dan mengganggu aliran darah ke tungkai. Akibatnya terjadi aterosklerosis pada pembuluh darah kaki yang menyebabkan jaringan di bawahnya tidak mendapatkan oksigen dan akhirnya rusak.
Akibat gangguan aliran darah tersebut, kaki akan sulit sembuh dan mudah mengalami infeksi. Gangguan ini lazim dikenal dengan penyakit pembuluh darah perifer (Peripheral Arterial Disease atau PAD). Kelainan ini sebenarnya akan menimbulkan rasa nyeri pada saat melakukan aktivitas.
“Namun, pada orang diabetes akibat kerusakan sistem syaraf, rasa nyeri sering tidak dirasakan, sampai kondisinya yang sedemikian parah barulah timbul keluhan seperti luka yang tidak sembuh. Karena tubuhnya yang rentan, ini bisa memperburuk risiko luka dan infeksi sehingga makin sukar sembuh dan infeksi makin meluas,” jelas Dr. Em Yunir, Sp.PD-KEMD, Kadiv Metabolik Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM.
PAD ini adalah salah satu penyebab munculnya masalah pada kaki diabetik. Bila penyandang diabetes tidak dapat mengendalikan gula darahnya, kemudian ditambah dengan tidak dilakukannya perawatan kaki, belum lagi ditambah penderita juga mengidap hipertensi, atau merokok, serta kurangnya edukasi pada pasien, inilah yang menyebabkan sering terlambatnya pasien mendapatkan pertolongan.
Seperti halnya yang dilakukan pada jantung, untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah di kaki ini bisa dilakukan terapi berupa ballooning, yaitu dengan memasukkan kateter yang dilengkapi dengan balon pada ujungnya ke pembuluh darah. Ketika sampai di tempat penyempitan, balon dikembangkan sehingga pembuluh darah melebar dan darah pun mengalir kembali.Bila metode ballooning masih tidak berhasil melancarkan aliran darah pada pembuluh darah kaki, bisa dilanjutkan dengan pemasangan stent atau ring (cincin). Dengan tindakan ini maka dapat menyelamatkan kaki dari ancaman amputasi.
Tapi, bukan berarti benar-benar tidak amputasi sama sekali, karena bisa saja ada bagian yang jaringannya sudah mati dan tidak dapat dipertahankan lagi, misalnya jari kaki. Ya, tetap harus diamputasi.
Angka keberhasilan intervensi endovaskuler ini di RSCM berkisar 70 persen. Bukan berarti setelah pemasangan stent tidak dapat terjadi penyumbatan lagi. Untuk itulah diharapkan pasien dengan patuh mengonsumsi obat anti pembekuan darah serta menjalani pola hidup sehat, seperti pengaturan pola makan, olah raga, dan edukasi.
Saat ini metode ballooning dan stent pada kaki baru bisa dilakukan di RSCM dengan perawatan kaki diabetik lebih lanjut. Sekadar informasi, biaya pemasangan 1 stent berkisar 60 juta rupiah, itu belum termasuk biaya luka pada kaki dan rawat jalan, dll.
Karena itu bagi penyandang diabetes, rawatlah kaki dengan baik. Apabila terdapat luka kecil, sebaiknya segera ditangani dengan baik agar tidak meluas lukanya yang pada akhirnya harus diamputasi jari-jari atau kakinya. (*)