Intisari-Online.com - Jangan anggap sepele bila Anda kerap mengalami perasaan tidak nyaman secara fisik seperti keluhan jantung berdebar serta mual-mual kronis. Bisa jadi itu gejala psikosomatik.
Menurut Dr. Andri, Sp.KJ, FAPM, Psychosomatic Medicine Specialist dari Psychosomatic Clinic Omni Hospital, Alam Sutera, Serpong, psikosomatik adalah istilah yang menggambarkan adanya keterkaitan antara tubuh dan pikiran, atau dikenal dengan “mind and body”.
“Pada praktik sehari-hari, orang memahami psikosomatik sebagai kondisi fisik yang didasari masalah psikis (psikologis),” lanjutnya.
Misalnya, ada orang yang sering mengalami keluhan fisik. Ternyata, dalam pemeriksaan, tidak ditemukan hal yang bermakna secara medis akan apa yang dia alami.
Stres yang Teradaptasi
Keluhan fisik yang biasanya mengenai sistem organ otonom seperti jantung, paru, dan lambung serta berlangsung kronis adalah salah satu gejala psikosomatik.
Gejala lainnya, ketidaknyamanan. Nah, meski gejalanya relatif ringan, tetapi hal ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
“Keluhan juga bisa berpindah-pindah dan biasanya dibarengi kondisi psikologis seperti kecemasan atau perasaan depresi,” lanjut Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine (APM) ini.
Menurut Andri, stres yang berlebihan dan berlangsung lama serta tidak mampu ditoleransi sering menjadi dasar keluhan psikosomatik.
Sementara itu, gejala-gejala fisik biasanya timbul karena pasien mengalami masalah ketidakseimbangan di sistem saraf, terutama sistem saraf otonom dan sistem hipotalamus.
Akhirnya, timbul masalah-masalah fisik, walaupun secara pemeriksaan klinis tidak ditemukan gejala apa pun.
Ada kalanya, pasien merasa baik-baik saja dan merasa tidak mengalami stres. “Keluhan psikosomatik seperti jantung berdebar, nyeri dada yang tidak nyaman bisa menyebabkan orang berpikir ia sakit jantung,” jelas Andri. Saat ia merasa tidak nyaman itulah, ia mulai mengeluh.
Kondisi ini ternyata dipicu stres yang telah teradaptasi pasien. Jadi, menurut Andri, bukan berarti Anda tidak stres. Melainkan stres sudah begitu lama “mengendap” dan mengalami proses adaptasi di dalam kehidupan pasien.
“Tak heran jika pasien sering mengatakan ‘Saya tidak stres.’ Padahal apa yang telah terjadi di otak sudah berlangsung lama dan menyebabkan terjadinya gejala psikosomatis di kemudian hari,” tambah Andri.
(Hasto Prianggoro/tabloidnova.com)