Intisari-Online.com - Anda suka mengonsumsi daging dan keju? Hati-hati, studi terbaru dari Longevity Institute at the University of Southern California mengungkapkan bahwa terlalu banyak mengonsumsi protein hewani dapat meningkatkan resiko kematian seseorang di umur 50-an dan awal 60-an.
Studi yang dilakukan terhadap lebih dari 6.000 orang di Amerika ini mendapati bahwa orang berumur 50-65 tahun yang kerap mengonsumsi protein hewani memiliki resiko kematian 74 persen lebih tinggi daripada mereka yang jarang mengonsumsi protein hewani (atau mendapatkan asupan protein dari sumber non hewani).
(Baca juga: Suka Makan Daging Olahan Memperpendek Umur)
Risiko kematian yang dipicu oleh kanker empat kali lebih tinggi, demikian menurut studi yang dimuat di jurnal Cell Metabolism. Sebab protein hewani, seperti daging dan keju, dapat meningkatkan kadar hormon pertumbuhan IGF-1 dalam tubuh.
Hormon tersebut berperan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bagi anak. Namun, pada orang dewasa tingginya hormon ini justru dapat meningkatkan resiko terserang kanker dan penyakit usia lanjut yang berujung pada resiko kematian dini.
Protein nabati seperti kacang-kacangan dan biji-bijian dianggap sebagai pilihan yang lebih sehat. Namun setelah usia 65, pola makan tinggi protein (baik itu hewani maupun nabati) ternyata bermanfaat bagi kesehatan.
"Pesan dari hasil penelitian tersebut adalah untuk mengonsumsi protein dalam batas yang aman, dan cobalah mengonsumsi protein sebanyak mungkin yang berasal dari tumbuh-tumbuhan," ungkap Dr Valter D. Longo, Direktur Longevity Institute at the University of Southern California, yang juga menulis studi ini.
(Baca juga: Susu Murni Tak Baik untuk Bayi dan Wanita Hamil)
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Dr David Katz, Direktur Yale University Prevention Research. "Mengonsumsi cukup protein berkualitas tinggi dalam pola makan kita itu sangat penting dari mana pun sumbernya.
Jika Anda mengganti pola makan dengan makanan yang berbasis tumbuhan, Anda akan cenderung hidup lebih sehat dan tidak akan mengalami penyakit yang kronis."
(Maya Indriyani/tabloidnova.com)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR