Bahaya Kesehatan Perokok Sosial Sama Saja dengan Perokok Berat

Ade Sulaeman

Editor

Bahaya Kesehatan Perokok Sosial Sama Saja dengan Perokok Berat
Bahaya Kesehatan Perokok Sosial Sama Saja dengan Perokok Berat

Intisari-Online.com - Mereka hanya merokok pada kesempatan tertentu, terutama saat sedang bersosialisasi dengan teman. Para perokok tersebut sering disebut dengan "perokok sosial". Meski frekuensi merokok mereka tergolong jarang, nyatanya bahaya kesehatan perokok sosial sama saja dengan perokok berat.

Para ilmuwan sampai saat ini tidak menemukan batasan "aman" dari merokok. Dengan kata lain, sering merokok (perokok aktif) atau merokok kadang-kadang (perokok sosial) memiliki efek buruk pada tubuh, bahkan hingga tingkat sel.(Baca juga: Rokok Elektronik Picu Remaja Merokok Konvensional)

Selain merusak paru, risiko kesehatan yang mengancam perokok sosial ialah sebagai berikut.

- Gangguan kesuburan

Mengisap rokok akan membuat rahim mengalami penuaan lebih cepat, mengganggu produksi estrogen, dan merusak DNA sel telur. Hal ini akan memicu gangguan kesuburan dan menopause lebih dini.

- Kanker payudara

Zat-zat beracun pada rokok akan mendorong sel-sel payudara berubah menjadi kanker. Sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal National Cancer Institute menyebutkan, wanita perokok berisiko kanker payudara 24 persen lebih tinggi dibanding yang bukan perokok.(Baca juga: Sendainya Harga Rokok Bisa Sangat Mahal)

- Kanker kolon

Risiko seorang wanita terkena kanker kolon akan meningkat dua kali lipat dibanding risiko pada pria jika mereka memiliki kebiasaan merokok.

- Kerusakan DNA

Meski hasil pemeriksaan rontgen paru para perokok sosial menunjukkan hasil yang normal, ternyata ketika diperiksa hingga level sel terjadi perubahan sel-sel menjadi prakanker.

Banyak perokok sosial yang berdalih mereka hanya merokok beberapa batang dalam seminggu. "Saya cuma merokok saat hang out dengan teman," begitu alasannya. Padahal, frekuensi sosialisasi tanpa disadari cukup sering.

Selain itu, penelitian menunjukkan, rokok ternyata lebih menimbulkan kecanduan dibanding dengan heroin atau kokain. Tak heran jika mereka juga berisiko tinggi terkena penyakit. (Lusia Kus Anna/kompas.com)