Nella Jones Tukang Sihir (2): Sumpahnya Menjadi Nyata

Birgitta Ajeng

Editor

Nella Jones Tukang Sihir (2): Sumpahnya Menjadi Nyata
Nella Jones Tukang Sihir (2): Sumpahnya Menjadi Nyata

Intisari-Online.com-Nella Jones tukang ‘sihir‘tidak hanya pandai menyembuhkan orang sakit, menetralisasi guna-guna atau mengusir setan. Karena kepekaannya pula, ia banyak mengalami peristiwa "aneh tapi nyata" yang mungkin tak bakal dialami oleh sebagian besar dari kita. Bersama Shirley Davenport, Nella Jones membukukan pengalamannyaini dalamGhost ofChange, The Life Storyof a Psychic Detective.

---

Beberapa minggusetelah ibu pergi, ayah berkatasayadan Margaret harus ikutibu yang waktu itusudahkumpulkebo dengan Joe di gubuk tukangpungut buah disebuah tanah pertanian.

Joe berperawakanbesar. Tangannya juga berat danwajahnyasudah termakan cuaca. Ia buruh lepas ditanah pertanian,tetapi ia menerima kami dengancukup baik.Kira-kira pada masa itulah saya mulaimendengar suara-suara.Suatu sore menjelangmalam, saya sedang berjalanbersama Jim, yangketika itu menginap di rumah kami. Harisudahmulai gelap, sehingga pepohonan dan pagar-pagarrumah tampak bagai bayangan gelap saja.Kemudian samar-samarsaya mendengar suaralangkah mendekat. Entah kenapasaya gelisah.

Tiba-tiba saya mendengar tiga suara, "Ayo, Nella,cepat,lari!" Saya meraih kakak saya danmendorongnya. "Lari,cepat, lagi," begitu seru sayasambil ngebut mendahului.Ketika itulah, dari balikpepohonan yang paling rimbunmuncul bayanganseorang laki-laki yang hendak menyergapJim.

Jim berhasilmenghindar, lalu menyusul saya.Orang ituterengah-engah berusaha mengejar kami.Untunglah kamisampai di rumah dengan selamat.Belakangan kami mendengar,beberapa malamsebelumnya ada anak laki-laki yangdiserang seseorang di daerah itu sampai babak belur.

Ibu dan Jim bertanya apa yang membuat saya lari.Ketikasaya mengatakan ada suara-suara yangmemperingatkan saya,ibu cuma mengerutkankening dan menggeleng-gelengkankepala. Lama iamemandangi saya, kemudian melarang sayamengatakan kepada siapa pun bahwa saya seringmendengarsuara-suara. Nanti saya bisa dianggap sinting.

Tangannya tidak apa-apa

Didesa kami ada seorang nenek yang hidupsendiri.Ia senang pada anak-anak. Kalau kamilewat, iasering mengajak kami mengobrol. Sayasuka sekali kepadanyadan tidak keberatan disuruhini dan itu olehnya.

Suatu harisaya "tahu" bahwa hidup nenek itutakkan lama lagi. Sayajadi sedih, sehingga ogahbermain. Kawan-kawan bertanyakenapa.Akhimya, saya katakan apa yang akan terjadi padanenek itu. Beberapa hari kemudian nenek itu benar-benarjatuh sakit dan meninggal. Celakanya, setelahitu tak adaanak yang maubermain atau berbicaradengan saya.

Suatu hari saya berhasil memancing jawaban dari seorangteman."Kamu tukang sihir. Kamu bilangnenek itu akan mati... lalu ia benar-benar mati.Tukang sihir! Tukang sihir!"

Sejak itu saya senantiasa kesepian. Kawan-kawansayarupanya lupa,bahwa selama ini mereka seringmembawabinatang atau burung kecil yang sakitkepada saya. Begitusaya pegang atau sentuh,binatang itu pasti sembuh. Mungkinbagi kawankawan, itu satu bukti lagi bahwa saya memangtukang sihir.

Suatu malam, Joe, ibu, dan saya sedang duduk dimeja,mengelilingi lampu minyak. Mendadak sayamelihat salahsatu tangan Joe berlumuran darah.Darahnya begitu banyaksampai menggenang dilantai. Saya menjerit sambil menunjuktangan itu,"Tangannya!" Namun Joe tenang-tenang saja.Sayamelompat dan lari ke luar rumah. Ketika merekamenyusul ke luar,saya bertanya sambil menangis,"TanganJoe kenapa?"

"Tidak apa-apa," kata Joe. "Kamu mimpi, ya?"

Saya berusahauntuk tidak menatap tangannya,tetapi ketikasaya lihat lagi, tangan itu memangtidak apa-apa. Saya jadibingung. Akhimya, kamibersepakat, mungkin saya salah lihatkarena pengaruhbayang-bayang dari cahaya lampuminyak.

Waktu itu Joebekerja sebagai penebang kayu.Beberapahari kemudian ia terlambatpulang.Majikannya datang untukmemberi tahu bahwa Joemengalami kecelakaan di penggergajian.Adakemungkinan tangannya harus diamputasi.Waktu itu ia telah kehilangan sebagian besar telapaktangan,satu ujungjari, dan cedera pada beberapajari yang lain.

Untunglah Joe akhirnya sembuh dan tangannyatidakperlu diamputasi, walaupun satu jarinya takdapat lagi dipergunakandan ia harus cuti cukuplama.

Ketika mendengar majikan Joe membutuhkanpenebangkayu lagi, saya melamar. Saya kuat dansehat. Bagi sayamengayunkan kapak bukanmasalah. Maka bekerjalah sayadengan upah $ 3seminggu. Saya senang dapat bekerja diudara terbuka.

Kira-kira pada masa itu kami mendengar adabangkaibus terbengkalai di bekas lapangan golf.Bus itu dapatmenjadi milik kami, bila kamigunakan sebagai tempattinggal. Bagi kami waktuitu, mempunyai rumah bus lebihbaik daripadarumah penampungan orang miskin sepertiselamaini.

Maka kamimembongkar kursi-kursi bus itu,membuatcerobong asap dan memasang tiraijendela. Tentu saja kamimasih harus mengambil airdari luar dan biasanya, memasakpun di luar.

Waktu itu sebagian lapangan golf dipakai untukolahragaberkuda.Pada akhir minggu, banyak anakmuda berlatihdisana. Suatu hari seorang gadispenunggang kuda mendekatiibu yang sedangbersiap-siap memasak, dan menegurnyakarena menyalakan api di situ.

Gadis yang serba berkecukupan itu marah-marahseenaknya.Pernahkah ia merasakan harus tinggaldi bus?Karena jengkel, saya membentaknya,"Jangan bicara begitukepada ibu saya!"

Ia memandang saya dengan menyeringai danmengejek,lalu mengendalikan kudanya pergi darisitu.

"Semoga kamu jatuh dan lehermu patah!" begitujeritsaya karena gemas.

Gadis itu berlalu dengan kudanya. Ia berhasilmelompatirintangan pertama, tetapi dirintangankedua ia terjatuh! Belakangankami mendengartulang selangkanya patah. Sejak ituibu melarangsaya menyumpahi orang lagi jika sedang marah.

Tulisan mengenaiNella Jones tukang ‘sihir’ ini ditulis di dalam buku Kumpulan Kisah Misteri Intisari tahun 2006 dengan judul asliTukang “Sihir” Pembantu Scotland Yard.

-bersambung-