Intisari-Online.com – Bukan cuma di Gunung Kidul, di Eropa dan Amerika Serikat juga dikenal "cahaya gaib" yang membawa petaka. Cahaya itu dijuluki will-o’-the-wisp atau jack-o'-lantern. Cuma bentuknya bukan bola berekor berwarna hijau kemerahan, tetapi seperti cahaya lentera, biru berkelip-kelip. Konon cahaya itu hantu gentayangan yang menggendong bara api neraka ke mana-mana. Hantu itu menyesatkan orang-orang yang mengikutinya sehingga terperosok ke semak-belukar atau rawa-rawa yang berbahaya.
Kepercayaan akan cahaya pembawa petaka, muncul di Barat saat penerangan dengan lampu gas belum dikenal. Tanpa mempersoalkan jahat baiknya, cahaya, yang bisa berpindah-pindah itu sebetulnya bukan khayalan atau takhayul semata. Sampai saat ini, di tempat-tempat terpencil yang jauh dari jangkauan penerangan listrik, cahaya semacam itu masih bisa ditemukan, yaitu dikeluarkan oleh gas metana yang dihasilkan oleh tanaman yang membusuk di rawa-rawa. Penerangan terang benderang, seperti yang dihasilkan oleh lampu gas atau lampu listrik, membuat cahaya gas itu tidak tampak.
Menggelinding masuk pesawat
Jimmy Carter, mantan presiden AS yang bulan Juni 1999 memantau Pemilu di Indonesia, termasuk orang yang pernah melihat "cahaya ajaib".
Pada 1973, saat masih menjadi gubernur Negara Bagian Georgia, ia melihat cahaya cemerlang yang warnanya berubah-ubah di langit. Cahaya itu mengambang kira-kira 10 menit di ketinggian sekitar 90 m, lalu turun ke atap rumah. Sesudah bergerak kian kemari, cahaya itu menghilang. Dua belas orang lain melihat cahaya yang sama.
Menurut penjelasan "resmi", benda itu Planet Venus. Namun orang sangsi. Carter adalah seorang ilmuwan dan pernah menjadi komandan Angkatan Laut. Ia terbiasa memanfaatkan benda-benda langit untuk pelayaran. Mustahil ia tidak mengenali Planet Venus.
Kalau pulung gantung membawa sial, tidak demikian dengan bola cahaya yang masuk ke sebuah pesawat milik Angkatan Bersenjata AS dalam penerbangan ke Elko di Nevada 16 Juni 1960. Saat berada di tengah lapisan awan di ketinggian 6.000 m, pilot melihat sebuah bola cahaya bergaris tengah kira-kira 0,5 m muncul tanpa suara di kaca depan pesawat. Bola berwarna kuning keputih-putihan itu masuk dan bergerak secepat orang berlari di antara tempat duduknya dengan tempat duduk kopilot. Melalui lorong cahaya itu melewati tempat duduk ahli navigasi dan ahli mesin. Bola cahaya itu kemudian menggelinding sepanjang ruang barang lalu menari-nari di sayap kanan pesawat sebelum lenyap di kegelapan malam.
Laporan mengenai bola cahaya semacam itu merupakan salah satu fenomena alam yang belum bisa dijelaskan secara ilmiah. Bahkan keberadaannya pemah lama tidak diakui. Meteorit-meteorit yang jatuh ke bumi pun dulu pernah dianggap cuma cerita takhayul para petani yang bodoh. Sampai-sampai koleksi meteorit langka pernah diambil dari museum untuk dimusnahkan karena dianggap takhayul.
--
Tulisan ini pernah dimuat di Rubrik Maya Intisari edisi Juli 1999, dengan judul asli Bola Api Pembawa Petaka.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR