Segitiga Bermuda, dari Dulu hingga Sekarang Misterinya Tak Kunjung Terbuka

K. Tatik Wardayati

Penulis

Mencari Jawaban Misteri Segitiga Bermuda
Mencari Jawaban Misteri Segitiga Bermuda

Intisari-Online.com – Ratusan kapal laut sudah hilang tanpa jejak di wilayah kecil di lepas pantai Amerika. Wilayah itu sangat boleh jadi tempat pendaratan UFO yang penuh medan magnet, perusak kompas dan alat navigasi elektronik lainnya. Tapi mungkin juga lubang ruang waktu yang menyedot hilang semua materi, seperti black hole. Atau mungkin memang tempat pusaran air yang luar biasa besarnya.

Apa pun teori penjelasan yang disusun, daerah itu tetap misterius. Banyak orang akhirnya mencari jawaban misteri segitiga bermuda.

(Misteri Tanda Tangan: Jika Tanda Tangan Tidak Seimbang, Berhati-hatilah dengan Emosimu)

--

Dulu ketika samudera masih diarungi para pelaut pemberani dengan kapal kayu, sudah ada yang menuturkan tentang suatu wilayah di Samudera Atlantik yang tidak beres. Itu Laut Sargaso yang kadang-kadang tidak ada anginnya yang bertiup sedikit pun sampai lama sekali, sehingga kapal layar zaman itu tidak maju-maju. Padahal laut penuh dengan ganggang raksasa yang daunnya mengapung seperti tangan-tangan ribuan ular naga.

Tamatlah riwayat kapal yang terlalu lama mandek, karena sementara itu dindingnya sudah ditumbuhi ganggang raksasa berdaun seperti tangan-tangan ular naga. Akhir awak kapal kayu semacam itu ialah kelaparan dan mati pelan-pelan.

Masih saja beredar

Begitu pula dengan kapal hantu yang tetap mengapung di laut tetapi tidak ada seorang awak pun yang mengemudikannya. Kapal itu mungkin sudah ditinggalkan oleh awaknya yang mencoba berenang mencapai pantai, tapi tidak berhasil. Sebab, tidak ada sisanya secuil pun.

Kisah semacam itu tidak diragukan lagi hanya didengarkan (atau dibaca) sebagai legenda, tapi tidak dipercaya. Namun, anehnya sampai sekarang pun masih saja ada yang beredar, dan dibaca atau diperbincangkan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah. Kadang tentang kapal yang terbalik karena salah menempatkan muatan dalam palka kapal.

Atau tentang kapal yang tiba-tiba kehilangan arah dalam cuaca yang tiba-tiba saja menjadi buruk, lalu tak dapat mengatasi musibah karena kondisi kapal memang buruk, kurang perawatan.

Tetapi yang lebih aneh ialah, ada beberapa kapal modern yang sebenarnya sangat layak laut, namun begitu toh ditinggalkan juga oleh awak kapalnya. Tak seorang pun yang dapat ditemukan kembali.

Pada bulan April 1925 misalnya, kapal pengangkut barang Raifuku Maru dari Jepang, yang boleh dikatakan sudah modern dilengkapi pemancar radio, dan sangat layak laut, cepat sekali tenggelam setelah mengirim berita, "Seperti pisau raksasa! Cepat tolong! Kami tak mungkin lolosl" Kapal itu ditelan ombak bersama seluruh awaknya. Tak ada yang tersisa.

Bulan Oktober 1951, kapal tanker Southern Isles mengalami nasib serupa. Ketika berlayar dalam konvoi, tiba-tiba ia hilang sampai kapal-kapal yang lain hanya dapat melihat cahaya yang ditinggalkannya sedang tenggelam ke dasar laut.

Kapal tanker kembarannya Southern Districts tenggelam dengan cara yang sama dalam bulan Desember 1954. Ia hilang tanpa meninggalkan SOS ketika berlayar melintasi wilayah yang tidak beres itu ke Utara menuju South Carolina.

Itu beberapa kejadian yang mencolok untuk dicatat. Kejadian lain yang serupa tapi tak sama terlalu banyak untuk disebut satu per satu.

Pesawat terbang juga ditelan

Tetapi yang paling mengerikan ialah hilangnya formasi lengkap 5 buah pesawat pelempar torpedo Grumman TMB-3 Avenger tanggal 5 Desember 1945. Sebuah pesawat penyelamat yang ingin mencari sisa-sisanya pun ditelan ombak di "laut yang tidak beres" itu. Kisahnya tidak diolok-olok sebagai legenda lagi, tapi ditangani lebih serius. Jadi di kemudian hari tidak akan ada lagi yang mencoba-coba melewati daerah itu. Sejak itu, orang bicara ngeri tentang segi tiga maut Bermuda.

Disebut segi tiga, karena setelah kelenyapan kapal dan pesawat terbang itu diproyeksikan pada peta, ternyata semua berlangsung di suatu daerah berbentuk segi tiga, antara Kepulauan Bermuda, Puerto Rico, dan bagian selatan Florida.

Lima pesawat Grumman Avenger itu berangkat dari pangkalan udara Fort Lauderdale, di utara Miami, pada pukul 14.10 untuk latihan terbang ke arah timur sejauh 150 mil, lalu belok ke Utara sejauh 40 mil, dan akhirnya, ke Barat Daya untuk kembali ke pangkalan lagi. Dalam perjalanan ada acara latihan menyerang beberapa bangkai kapal di pantai Kepulauan Great Sale Clay.

Udaranya mula-mula cerah, dan penerbangan berjalan mulus. Tetapi pada pukul 15.45 komandan penerbangan Letnan Udara Charles Taylor, yang sudah mengantungi 2.500 jam terbang, melaporkan ke menara pangkalan, "Ini gawat, Pak! Kami sepertinya kehilangan arah! Tak ada daratan. Ulangi: tidak ada daratan!"

Menara pengawas menanyakan posisi formasi pesawat, tapi Taylor menjawab, "Tak tahu persis di mana kami berada!"

"Terbanglah ke Barat!" perintah menara. Tapi kemudian lama sekali tidak ada kontak. Lalu ada percakapan simpang siur dari beberapa orang penerbang yang lain, "Kami tidak tahu di mana arah barat itu. Ada yang tidak beres ini. Semua terlihat aneh. Bahkan lautnya juga!"

Sesudah sepi sejenak, komandan penerbangan menyerahkan komando kepada penerbang lain tanpa alasan yang jelas. Komandan baru ini melapor dengan suara setengah histeris, "Ya, Tuhan! Di mana kami ini! Mungkin kami sudah melewati Florida dan terbang di atas Teluk Meksiko!"

Pada saat itu komandan baru memutuskan untuk terbang kembali 180 derajat ke arah Florida lagi, tetapi dari kenyataan bahwa sinyal radionya makin lama makin lemah, diduga bahwa ia justru terbang lebih menjauhi pangkalan. Laporan terakhir yang dapat ditangkap ialah, "Nampaknya kami terbang memasuki air putih ... tamatlah kami!"

--

Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Maya Intisari edisi Februari 1997 dengan judul asli Mencari Jawaban Misteri Bermuda.