Misteri Segitiga Bermuda: Mungkinkah Diserang UFO

K. Tatik Wardayati

Editor

Misteri Segitiga Bermuda:  Mungkinkah Diserang UFO
Misteri Segitiga Bermuda: Mungkinkah Diserang UFO

Intisari-Online.com – Banyak spekulasi yang beredar ketika kapal angkatan laut serta pesawat militer akhirnya hilang tanpa bekas di daerah segitiga Bermuda ini. Mungkinkah mereka yang terbang di daerah Bermuda tersebut diserang oleh UFO?

--

Seorang penggemar radio SSB yang ikut mendengarkan percakapan itu menjelaskan lewat radionya, bahwa ia masih sempat mendengarkan kata-kata terakhir dari Letnan Taylor kepada para penerbang lain, "Jangan mengikuti saya! Sepertinya mereka datang dari angkasa luar!"

Segera sesudah kontak dengan para penerbang itu putus, sebuah pesawat amfibi PBM-5 Martin Mariner mengangkasa untuk memberi pertolongan. Beberapa menit kemudian, pesawat ini melaporkan posisinya, tapi kemudian pemancarnya diam. Pesawat ini hilang juga bersama 13 awak pesawat. Tak berbekas seperti kelima pesawat Grumman yang hendak ditolong. Menurut saksi mata di atas kapal tanker Gaines Miles yang kebetulan berlayar di daerah itu, pesawat amfibi itu jatuh ke laut.

Pada pukul 19.40 awak kapal tanker ini melihat ledakan dahsyat dengan kobaran api setinggi 30 m. Ketika kapal itu datang ke tempat kejadian, awaknya melihat kubangan minyak, tapi tak ada secuil pun sisa pesawat amfibi yang tampak. Apalagi orang.

Dua puluh dua kapal angkatan laut, 300 pesawat terbang militer, dan sejumlah kapal selam kemudian dikerahkan untuk mencari sisa-sisa kecelakaan terbesar dalam abad ini. Hasilnya nol koma nol-nol.

Penulis Amerika Charles Berlitz menjadi kaya karena bukunya yang meledak The Bermuda Triangle, terbitan Doubleday & Co, New York, tahun 1974. Sebanyak 18 juta jilid laku keras seperti pisang goreng. Berlitz mengemukakan dugaan, bahwa pesawat naas itu diserang makhluk angkasa luar dalam piring terbang bercahaya putih. Atau mungkin juga tersedot ke dalam lubang lorong waktu seperti hilangnya semua materi kalau masuk ke dalam black hole ruang angkasa.

Itu semua jelas spekulasi, tetapi pada tahun 1974, masyarakat memang masih percaya pada spekulasi-spekulasi quasi ilmiah. Menurut para peneliti ilmiah yang menangani masalah ini, kompas para penerbang pesawat Grumman itu rusak, dan penerbangnya harus berjuang mengatasi keadaan dengan hanya mengandalkan pada penglihatan dan posisi matahari, untuk terbang lebih Ianjut.

Pada suatu saat mereka mengira terbang di atas kepulauan sebelah selatan Florida. Berdasarkan posisi yang salah ini mereka bernavigasi lebih lanjut. Tetapi sebenarnya mereka terbang zig-zag di utara, Kepulauan Bahama, menuju ke Samudera Atlantik. Karena tangki bensinnya kemudian kosong, terjunlah mereka ke laut, dan honcur berkeping-keping. Kalaupun ada yang berhasil lolos dari maut ketika mendaratkan pesawatnya di permukaan air, ia jelas tidak dapat bertahan dalam air yang dingin, lalu tewas tenggelam.

Tetapi apa penyebab rusaknya kompas itu, dan mengapa itu terjadi di segi tiga Bermuda?

Apakah ini berhubungan dengan air bercahaya putih yang dilaporkan oleh para penerbang, dan yang kemudian juga dilihat oleh para awak pesawat ruarig angkasa Apollo 12?

Ditelan pusaran

Menurut Bill Dillon dari U.S. Geological Survey, Woods Hole Field Center, air bercahaya putih itulah penyebabnya. Di daerah segi tiga maut Bermuda, tapi juga di beberapa daerah lain sepanjang tepi pesisir benua, terdapat "tambang metana". Tambang ini terbentuk kalau gas metana menumpuk di bawah dasar laut yang tak dapat ditembusnya. Gas ini dapat lolos tiba-tiba kalau dasar laut retak. Lolonya tidak kepalang tanggung. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas itu menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawaan metanahidrat.

Peristiwa ini mirip dengan blow out yang sering terjadi pada pengeboran minyak bumi. Pada blow out di daratan, yang dibakar gas adalah udara yang tidak begitu menimbulkan malapetaka, kecuali kebakaran yang mudah dikendalikan. Tetapi di dasar laut segi tiga maut Bermuda?

Kejadiannya menyangkut gas metana yang luar biasa banyaknya dalam air yang juga ratusan ribu ton. Air yang dilalui gas ini mendidih sampai terlihat sebagai "air bercahaya putih". Blow out serupa yang pernah terjadi di Laut Kaspia sudah banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. Regu penyelamat yang dikerahkan tidak menemukan sisa sama sekali. Mungkin karena alat dan manusia yang menjadi korban tersedot pusaran air, dan jatuh ke dalam lubang bekas retakan dasar laut, lalu tanah dan air yang semula naik ke atas tapi kemudian mengendap lagi di dasar laut, menimbuni mereka semua.

Apakah kejadian serupa juga berlangsung di segi tiga maut Bermuda? Di daerah Blake Ridge, di lepas pantai South Carolina memang ditemukan senyawaan metanahidrat. Di laboratorium penelitian gerakan air British Institute of Oceanographic Sciences kemudian dilakukan percobaan dengan kapal miniatur yang dilanda air yang mendidih tiba-tiba. Kapal percobaan ini segera tenggelam karena berkurangnya daya apung yang tiba-tiba. Juga kapal penyelamat percobaan yang dikirim kemudian tenggelam dengan cara yang sama.

Apakah dengan hasil percobaan itu misteri segi tiga maut Bermuda sudah terpecahkan?

Belum juga!

Bagaimana duduknya perkara sampai pesawat terbang juga menjadi korban ledakan gas metana? Menurut Bill Dillon, pesawat yang terbang rendah memang dapat terpengaruh oleh pancaran air mendidih bercampur gas yang luar biasa kuatnya itu, lalu jatuh ke laut.

Tetapi apakah yang menyebabkan kompas pesawat terbang Grumman itu tidak berfungsi? Jelas medan magnet, tapi dari apa? Apakah dari ledakan gunung di dasar laut? Ini masih tetap merupakan misteri yang saat ini belum terungkap karena miskin angka.

--

Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Maya Intisari edisi Februari 1997 dengan judul asli Mencari Jawaban Misteri Bermuda.