Intisari-Online.com -Tatang Koswara sniper terbaik dunia asal Indonesia. Dalam buku Sniper Training, Techniqoues and Weapons tulisan Peter Brookesmith, disebutkan, Tatang masuk dalam kategori 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia. Pada Selasa (3/3) Tatang meninggal dunia akibat serangan jantung. Siapa sangka, di akhir-akhir kehidupannya, ia banyak bergantung dari warung makan yang didirikan bersama istrinya.
Inilah sedikit kisah tentang Tatang Kuswara.
---
Waktu itu pukul 05.00 WIB. Tati Hayati, tampak sibuk menyiapkan segala perlengkapan untuk pergi ke Kodiklat TNI AD di Jalan Aceh, Bandung, tempat warungnya makannya berada. Tati adalah istri Tatang yang waktu itu juga terlihat membantu istinya menyiapkan barang-barang jualannya.
Tati biasanya sampai di warung setengah jam kemudian lantas memulai jualan pukul 06.30 saat anggota TNI AD sarapan. Ada beberapa menu yang ditawarkan dari warung miliknya, yakni soto, gulai, dan ayam goreng. Satu paket makanan dijual seharga Rp12.000 – Rp15.000.
"Hasil jualan tidak terlalu besar, apalagi sekarang saingannya makin banyak, tetapi lumayan untuk tambah-tambah," ucap Tati di kediamannya, di lingkungan Komplek TNI AU, Cibaduyut, Bandung, Senin (2/3).
Warung itu berdiri sejak Tatang pensiun tahun 1996 dengan pangkat terakhir Pembantu Letnan Satu (Peltu). Oleh sebab itu, uang pensiun yang diterima Tatang tidak terlalu besar. Untuk mendapat uang tambahan, Tatang dan Tati bahu-membahu menjalankan warung makan tersebut dan sesekali melatih yuniornya di TNI AD.
“Saya yang memasak, suami yang mengiris daging. Kalau saat masak tiba-tiba kurang bumbu seperti cabai, suami saya yang pergi ke Pasar Cihapit untuk membelinya,” tutur Tati.
Tapi sejak divonis serangan jantung lantas menjalankan operasi pemasangan ring, intensitas Tatang di warung berkurang. Kini, yang menjaga warung adalah anaknya yang paling besar, Pipih Djuaningsih.
Meski hidup dalam kesederhanaan, Tatang selalu bersyukur karena mereka sekeluarga memiliki rumah, meski sederhana. Paling tidak, kondisinya masih lebih jika dibandingkan sejumlah teman seangkatannya yang menghabiskan masa pensiun di rumah kontrakan atau saudara karena tidak memiliki rumah.
Tatang, seperti yang tercantum dalam buku karangan Peter Brooksmith, disebutkan bahwa Tatang adalah salah satu penembak jitu atau sniper terbaik di dunia. Tatang mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41. Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur pada 1977-1978.
Di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat, Tatang menjadi sniper yang masuk ke jantung pertahanan musuh di daerah pertahanan lawan di Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro.
“Dulu Pak Edi Sudrajat bilang ini misi rahasia, tidak boleh diungkapkan sebelum diperintahkan. Saya menyimpan ini rapat-rapat, termasuk pada istri. Namun kini, orang luar (asing) yang mengungkapkannya terlebih dahulu,” ungkap Tatang sambil tersenyum, dalam sebuah wawancara yang dilakukan sehari sebelum ia meninggal. (Kompas.com)