Intisari-Online.com -“Sekolah filmnya saja di Indonesia cuma 2, yang bisa meluluskan S1; Institut Kesenian Jakarta dan Bina Nusantara.” Begitulah yang dikatakan Alex Sihar, Ketua Komite Film Dewan Kesenian Jakarta, ketika disinggung soal restorasi atau perbaikan film. Masih soal restorasi film Indonesia, muncul pertanyaan berikutnya, siapa yang melakukannya?
Sampai tiba saat yang tak terduga, ada pihak luar yang berminat melakukannya. Proyek restorasi dimulai awal tahun 2011 atas pendanaan pemerintah Singapura melalui The National Museum of Singapore (NMS), bekerja sama dengan Konfiden Foundation, Kineforum Dewan Kesenian Jakarta, dan Sinematek Indonesia. Film yang direstorasi adalah Lewat Djam Malam (1954) karya Usmar Ismail.
Pihak NMS memilih laboratorium bernama L’Immagine Ritrovata sebagai tempat restorasi Lewat Djam Malam. Ini adalah laboratorium restorasi film terkemuka di Bologna, Italia. Pada akhir Maret 2012, film Lewat Djam Malam sempat diputar di NMS Singapura disaksikan sejumlah orang Indonesia yang terlibat dalam proyek itu, di antaranya Lintang Gitomartoyo, JB Kristanto, dan Irwan Usmar Ismail.
Saat itu, proses restorasi telah mencapai 90%.
Lewat Djam Malam berhasil diputar perdana pada 18 Juni 2012 ini, dan diedarkan lewat jaringan bioskop “21” pada 21 Juni. Tahap pertama di 13 titik di Jawa, kemudian ke luar Jawa. Ada kabar baik yang mengikuti proses restorasi Lewat Djam Malam, yaitu pihak World Cinema Foundation yang dididirikan oleh sutradara kenamaan Martin Scorsese meminta film itu diikutsertakan dalam program Cannes Classics pada Cannes Film Festival 2012, 16-27 Mei 2012.
Maka karya Usmar Ismail di tahun 1954 itu pun tampil di Cannes 2012. Membanggakan, meski diprakarsai bukan oleh orang Indonesia. Yang jelas, kita harus berterima kasih kepada pemerintah Singapura!
Artikel ini pernah dimuat di Intisari edisi Juni 2012 dengan judul asli “Arsip Film Nasional: Kapan Dianggap Penting?”