Intisari-Online.com - Di Indonesia kita mengenal jailangkung dan nini thowok atau nini thowong, di Eropa ada ouija. Ketiganya dikenal sebagai permainan memanggil "roh". Kalau nini thowok konon lahir dari tradisi keraton Jawa, ouija malah jadi permainan Ratu Victoria dari Inggris. Bagaimana sebenarnya duduk persoalannya? Permainan memanggil roh, antara ada dan tiada.
Menurut penanggalan Jawa, malam itu jatuh pada hari Jumat Kliwon. Aroma pekatnya asap dupa menyengat dari balik kerumunan orang yang duduk serius mengitari sebuah boneka berkepala tempurung. Sementara seseorang di antaranya, katakan saja dalang, terus mengucapkan mantera sambil memutar-mutarkan hio menyala di atas kepala boneka.
"Jailangkung-jailangse di sini ada pesta. Sengaja sesaji kupersembahkan kepadamu. Datanglah...datanglah," begitu kira-kira mantera yang diucapkan dalang tanpa jeda. Tiba-tiba, di bawah tatapan mata semua yang hadir, boneka yang dipanggul dua orang itu melonjak-lonjak. Karena mau meyakinkan apa yang dilihat, sang dalang lalu bertanya: "Jailangkung, jika engkau memang hadir, mengangguklah."
Sungguh aneh, jailangkung itu mengangguk-angguk, seolah memberi isyarat akan kehadirannya. Nah, kalau sudah demikian, boneka yang kepalanya dari siwur (gayung yang terbuat dari tempurung kelapa), tangannya dari bambu, serta perutnya dari keranjang kecil itu, sudah dimasuki roh halus. "Dia bukan boneka lagi, melainkan barang hidup yang bisa diajak berdialog. Lihatlah matanya, seperti mata manusia hidup," ujar si dalang.
Benarlah. Ketika si dalang asal Kotagede, Yogyakarta, itu menanyakan identitasnya, jailangkung menuliskan namanya dengan spidol yang sengaja dipasang di leher, pada papan tulis yang sudah disediakan: D U L L A H.
"Dari mana asal Pak Dullah," tanyanya lagi. Jailangkung beringsut mendekat ke papan tulis lalu menulis dari Desa A, Juwana, Jawa Tengah. Bahkan, ketika ditanya sebab dan kapan ia meninggal? Boneka jailangkung itu menjawab, tahun 1961 karena sakit "hati", tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud.
Sulit dinalar, tiba-tiba boneka itu minta minum. Dengan gerakan yang luwes, ia mencelupkan kalung kunci yang tergantung di lehernya ke dalam gelas kopi yang sudah dipersiapkan bersama sesaji lainnya.
Artikel ini pernah dimuat di Intisari edisi Agustus 1996 dengan judul "Jailangkung & Nini Thowok, Mirip Ouija".
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR