Intisari-Online.com -Berasal dari kata nini (gadis) dan thowong (pucat), secara harafiah nini thowong bisa diartikan sebagai gadis yang pucat. Sejak kapan permainan memanggil roh ini muncul, tidak ada seorang pun mampu menebak dengan pasti. "Kami hanya meneruskan tradisi leluhur," ujar Pujodarsono, kepala Dusun Grudo, Bantul, Yogyakarta.
Dolanan nini thowong yang juga disebut Nini Diwut, nampaknya sudah sangat tua. Raffles dalam buku TheHistory of Java jilid 1 pernah menyinggung sedikit. Katanya, permainan ini sangat aneh, karena berbau magis. Biasanya permainan diselenggarakan pada bulan purnama, ditabuhi gamelan nini thowok menari-nari sendiri bersama dua gadis.
Sementara dalam Tijdschrift tahun 1901, Dr. G.A.J Bazeu menulis agak panjang. Menurutnya, permainan magis ini awalnya berasal dari lingkungan keraton kemudian berkembang ke luar keraton. Pada masa Pakubuwono VI, nini thowong sering kali dimainkan oleh putri-putri bangsawan. Namun, janda di luar keraton secara sembunyi-sembunyi sering memainkannya.
Sebab, nini thowong bisa meramalkan nasib masa depannya, termasuk siapa dan dari mana jodohnya. Karena itu, para janda bersedia puasa tiga hari sebelum memainkannya. "Permainan nini thowong jelas memanfaatkan roh halus untuk masuk ke dalam tubuh boneka," ujar Pak Supri paranormal dari Yogyakarta selatan. Perbuatan magis yang dilakukan oleh dukun dengan konsentrasi penuh sambil mengucapkan mantera berulang-ulang, diiringi gamelan yang monoton, pada dasarnya akan mempengaruhi jiwa manusia menjadi tak sadar atau trance. Di saat itulah dia mentransformasikan kondisinya ke boneka nini thowong yang ia pegang.
"Proses ritual semacam itu saya namakan kontak magis," ujarnya lagi. Praktik semacam ini sudah lama dilakukan orang, mirip dengan shaman yang menusuk jantung boneka untuk mencelakakan orang. Atau pemakaian katak dan penyiraman badan dukun itu sendiri untuk mendatangkan hujan.
Artikel ini pernah dimuat diIntisariedisi Agustus 1996 dengan judul "Jailangkung & Nini Thowok, Mirip Ouija".