Intisari-Online.com -Berita tentang dugaan adanya oknum militer Australia yang menghina Pancasila membuat geram masyarakat Indonesia. Perbuatan tersebut tentu tidak dapat dibenarkan. Namun, alangkah lebih baiknya jika kegeraman kita tersebut diiringi dengan upaya untuk lebih mengenal dan mengamalkan Pancasila. Salah satunya dengan mengenal sejarah lahirnya Garuda Pancasila sebagai lambang Indonesia.
(Adu Kekuatan Militer Indonesia vs Australia)
Kita semua sudah mengenal Lambang Negara Republik Indonesia yang umum disebut sebagai Garuda Pancasila. Tetapi mungkin hanya ada sedikit saja yang pernah memikirkan riwayat kejadian Lambang Negara ini. Kapan tepatnya diciptakan? Siapa penciptanya? Kenapa yang dipilih justru lambang ini, bukan yang lain? Inilah sejarah lahirnya Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Indonesia.
Di dalam Ruang Patriot Yayasan Idayu dalam Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta, terlihat sebuah lemari kaca yang memamerkan beberapa rencana gambar dan sketsa lambang Garuda dan lambang lain yang agaknya menjadi cikal bakal dari lambang negara kita yang sekarang. Gambar-gambar ini termasuk dalam koleksi peninggalan almarhum Prof. Muhammad Yamin.
(Lima Butir Pancasila yang Kita Kenal Kini Ternyata Lahir di Bawah Pohon Sukun)
Adanya koleksi pada peninggalan Yamin ini tidak mengherankan, karena sesudah terbentuknya negara Republik Indonesia Serikat (RIS) Muh. Yamin diangkat menjadi Ketua Panitia Lencana Negara, dengan anggota antara lain Sultan Hamid II yang waktu itu masih menjabat menteri negara dalam kabinet RIS.
Di antara rancangan-rancangan itu ada meterai negara RIS berbentuk bundar tanpa Garuda. Rencana itu diberi nama Matahari-Bulan atau Syamsyiah-Kamariah (Arab) atau Surya-Candra (Sansekerta). Di tengah digambarkan matahari terbit dengan lima sinarnya, yang melambangkan sumber kodrat Allah, yang menurunkan kebahagiaan kepada tanah air dan bangsa Indonesia. Ialah pemerintah yang berdasarkan Pancasila.
Bulan sabit yang menyerupai tanduk banteng lambang perjuangan rakyat Indonesia. Tujuh garis di air adalah tujuh kepulauan Indonesia. Dua pohon kelapa berarti kemakmuran Indonesia di darat dan di laut. Setia kepada kebiasaan kuno, gambar ini menghasilkan candrasangkala (khronogram) yang berbunyi “Matahari dilingkari kelapa dan bumi atau bulan menunjukkan tahun 1881 Saka atau 1949 Masehi.”
Rancangan lain yang mirip dengan ini mempunyai lingkaran luar dengan tulisan Republik Indonesia Serikat dengan gambar kepala banteng en profile (dari samping), di atasnya matahari terbit bersinar tujuh dan pohon kelapa di tengah-tengahnya.
Rancangan lain yang terlihat dalam koleksi ini menokohkan figur Garuda dan sudah agak mirip-mirip dengan lambang negara kita. Di dalam lingkaran sebelah atas tertulis dengan huruf latin Republik Indonesia Serikat, Burung Garuda berdiri atas sebuah bantalan bunga teratai (padma).
Kepala Garuda ini digambarkan menurut contoh-contoh klasik dari candi atau pahatan lain, yakni kepala burung dengan rambut ikal. Tangan Garuda memegang perisai yang terbagi menjadi empat bidang. Di tengah perisai ada garis melintang yang menggambarkan khatulistiwa. Pada perisai terlihat gambar Banteng (lambang kekuatan, keberanian, keuletan), yang kedua (menurut arah jarum jam) pohon beringin (kekuatan hidup), tiga batang padi lambang kemakmuran dan akhirnya keris, lambang keadilan.
Rancangan yang mirip dengan gambar di halaman 6 kiri atas juga berbentuk bundar dengan Garuda di atas bantalan teratai. Hanya perisai itu tak tampak jelas bahwa dipegang oleh Garuda, sebab hanya kelihatan jari kedua: tangannya sedikit menyembul di atas perisai. Garuda memakai mahkota, kalung dan anting-anting, sayapnya mengarah ke bawah. Di tengah perisai terbagi empat atau masih ada tambahan suatu perisai kecil bergambar banteng. Gambar di dalam perisai ialah batang padi, pohon beringin, batang padi, dan keris. Tulisan dengan huruf Arab-Melayu berbunyi “Republik Indonesia Serikat”.
Ditulis di Intisari edisi Agustus 1980 dengan judul “Kapan Lahirnya Garuda Pancasila?”