Intisari-Online.com -Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dirancang karena Indonesia berada dalam masa transisi gizi yaitu masa peralihan antara kekurangan dan kelebihan gizi.
(Sarapan Jangan Asal Sarapan, Ada Kriteria Menu yang Mesti Kita Perhatikan)
Masalah kekurangan gizi diantaranya daya tahan tubuh rendah, kurangnya tingkat intelegensia, serta produktivitas rendah. Sementara itu, kelebihan gizi ditandai dengan kelebihan berat badan yang, memperbesar risiko penyakit kronis degeneratif seperti diabetes, tekanan darah tinggi, jantung,dll.
Ahli Gizi Prof.Soekirman, SKM, MPS-ID, PhD menjelaskan bahwa PGS adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh. PGS disesuaikan dengan golongan usia, jenis kelamin, kesehatan, dan aktivitas fisik. Konsep ini sangat berbeda dengan 4S 5S karena proporsi gizi setiap orang disamaratakan. Susu yang dianggap makanan sempurna ternyata dari segi kualitas proteinnya lebih rendah dari telur.
(Ingat, Anak Cerdas Diawali dari Gizi saat Hamil)
"Konsep 4S 5S dengan sendirinya hilang karena PGS lebih dapat memenuhi keseimbangan gizi dengan kebutuhan orang," papar Prof.Soekirman.
PGS memiliki empat prinsip utama yaitu variasi makanan; pentingnya pola hidup bersih seperti menyajikan makanan dalam keadaan tertutup dan mencuci tangan sebelum makan; pola hidup aktif dan olahraga; dan memantau berat badan ideal.
Di setiap negara, PGS divisualisasikan sesuai kebudayaan masing-masing, seperti di Perancis dengan pizza. Di Indonesia, PGS divisualisasikan dalam bentuk tumpeng yang disebut Tumpeng Gizi Seimbang (TGS).
TGS terdiri atas beberapa potongan tumpeng, 1 potongan besar (golongan makanan karbohidrat; 2 potongan sedang dan 2 potongan kecil yang merupakan golongan sayuran dan buah; 2 potongan kecil di atasnya yang merupakan golongan protein hewani dan nabati (biji-bijian, telur, ikan, susu, dll.); dan potongan terkecil di puncak yaitu gula, garam, dan minyak seperlunya.
"Potongan TGS ini dilapisi dengan air putih yang idealnya dikonsumsi 2 liter atau 8 gelas sehari," ungkapnya.
Luasnya potongan TGS ini menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per hari. Karbohidrat dikonsumsi 3 - 8 porsi, sayuran 3 - 5 porsi, buah 2-3 porsi, serta protein hewani dan nabati 2 - 3 porsi. Konsumsi ini dibagi untuk makan pagi, siang, dan malam. Kombinasi makanan per harinya perlu dilakukan.
PGS ini mulai diterapkan sejak dini hingga usia lanjut. Untuk ibu hamil, remaja perempuan serta bayi sampai usia 2 tahun merupakan kelompok yang penting untuk menerapkan PGS ini. Kelompok ini adalah kelompok kritis tumbuh kembang manusia yang menentukan masa depan kualitas hidup manusia.
Khusus untuk ibu hamil, akan mengalami fase window of opportunity, kesempatan untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan dan memanfaatkan zat gizi untuk kesehatan ibu dan janin. Fase ini berkisar dari sebelum kehamilan hingga anak berumur dua tahun. PGS dinilai efektif dilakukan dalam fase ini.
Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Prof. Ir. Hardinsyah menambahkan pentingnya PGS untuk usia lanjut karena kelompok tersebut rentan dalam penurunan fungsi organ dan jaringan tubuh yang berimbas pada masalah penyakit seperti kegemukan, anemia gizi, serta penyakit degeneratif.
(Reporter: Olive)