Intisari-Online.com - Kita sering mendengar istilah autisme. Masalahnya tak jarang pengertian kita salah. Misalnya menyebut penderita autisme. Nah, sebelum melangkah lebih jauh, ayuk samakan persepsi soal autisme ini.
Gejala individu autistik yang muncul adalah gangguan interaksi kualitatif, gangguan komunikasi yang tidak coba diatasi dengan komunikasi non-verbal, dan perilaku repetitif terbatas dengan pola minat, perilaku, dan aktivitas berulang.
Mengingat variasi gejala yang sangat beragam di tiap individu, maka gangguan ini disebut Autistic Spectrum Disorder, untuk menekankan fakta bahwa varian tampilan gangguan perkembangan ini sangat banyak, ibarat sebuah spektrum.
Sampai kini, belum ditemukan penyebab pasti. Negara-negara yang pernah melakukan penelitian mendapatkan hasil bahwa penyebab gangguan perkembangan ini merupakan kombinasi antara faktor genetik dan berbagai paparan negatif dari lingkungan.
Kondisi autisme ditentukan melalui tahapan wawancara mendalam dengan orang-orang yang mengasuh anak dan paham akan perkembangan anak pada tiga tahun pertama kehidupannya. Selain itu, dilakukan juga observasi terhadap anak itu. Interaksi dengan anak tersebut juga dilakukan oleh penguji selama beberapa waktu, untuk melihat pola perilaku serta gejalanya.
Berbagai terapi terbukti mampu meningkatkan kualitas hidup individu autistik. Terapi yang tersedia di Indonesia, di antaranya terapi perilaku, terapi wicara, terapi komunikasi, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, pendidikan khusus, penanganan medikasi dan biomedis, serta diet khusus.
Penanganan lain, seperti integrasi auditori, hiperbarik oksigen, pemberian suplemen tertentu, sampai terapi dengan lumba-lumba juga tersedia di beberapa kota besar di Indonesia.
Individu autistik tidak berbeda dengan individu lain yang non-autistik. Karena kecerdasan tiap individu berbeda dan intensitas gejala autistik yang terlihat pada tiap individu juga bervariasi, maka kemungkinan pendidikan bagi individu autistik bervariasi, dari “bisa mencapa setinggi mungkin” sampai “tidak bisa dididik, hanya dapat dilatih saja”. Setiap individu berbeda.
Karena autisme adalah gangguan perkembangan dan bukan suatu penyakit, kata “sembuh” jadi kurang tepat. yang lebih tepat adalah bahwa individu autistik dapat ditatalaksana semaksimal mungkin, dan akhirnya dapat beradaptasi dengan berbagai situasi yang juga dihadapi orang lain pada umumnya.
Sampai sekarang, di seluruh dunia sudah banyak individu autistik yang dapat terlibat dalam proses pendidikan reguler sampai tingkat universitas. Bahkan ada juga yang sudah dapat berkeluarga dan bekerja layaknya individu non-autistik.
Karena itu, sebutan “penderita autisme” rasanya kurang tepat. Mereka tidak sedang menderita. Lebih bijak jika kita mengacu pada perbedaan individual seitap anak, sehingga sebutan “individu autistik” akan lebih tepat. (Yayasan Autisme Indonesia)