Kisah Telur dan Kelinci Paskah

Agus Surono

Editor

Kisah Telur dan Kelinci Paskah
Kisah Telur dan Kelinci Paskah

Intisari-Online.com - Jika di sini yang populer adalah telur paskah, di Barat selain telur juga terkenal kelinci paskah. Ini merupakan makhluk fiktif yang digambarkan sebagai seekor kelinci antropomorfis (yang memiliki karakter-karakter manusia). Menurut legenda, kelinci paskah membawa keranjang yang penuh berisi telur, permen, dan mainan yang bewarna-warni ke rumah anak-anak pada malam Paskah. Kelinci paskah itu akan menaruh telur di tempat tersembunyi, bisa di luar atau di dalam rumah anak-anak. Harapannya, agar sang anak keesokan paginya mencari telur-telur itu. Mirip dengan Sinterklas pada saat Natal.Sumber legenda tidak jelas. Namun kelinci tersebut sudah dikenal sejak 1600; beberapa sumber menyebutkan legenda tersebut berasal dari mitos kesuburan, sementara yang lain menghubungkannya dengan peranan kelinci di dalam ikonografi Kristen.

Asal muasal kelinci paskah sebagai simbol Paskah dapat dilacak dari kawasan Alsace dan barat daya Jerman, tempat kelinci disebut untuk pertama kalinya pada tahun 1600-an. Kelinci Paskah yang berbentuk makanan pertama kali dibuat di Jerman pada awal 1800-an dan terbuat dari bahan kue dan gula.

Kelinci Paskah kemudian diperkenalkan ke Amerika oleh para imigran Jerman yang mendarat di Pennsylvania Jerman pada tahun 1700-an. KedatanganOsterhase— atau terwelu Paskah dalam bahasa Jerman — pada malam Paskah merupakan salah satu "kegembiraan anak-anak yang terbesar", hampir sama dengan kedatanganChristkindl— Sinterklas yang dikenal oleh orang-orang Austria dan Bavaria — pada malam Natal.

Menurut tradisi, anak-anak membuat sarang kelinci yang bewarna-warni di pojok tersembunyi di rumah mereka. Lalu jika anak-anak tersebut tidak nakal,Osterhaseakan bertelur telur bewarna-warni di sarang tersebut. Saat tradisi tersebut mulai menyebar, sarang tersebut diproduksi menjadi keranjang Paskah, dan menempatkan sarang di tempat tersembunyi berubah menjadi tradisi menyembunyikan keranjang/telur Paskah.Karena burung bertelur dan kelinci melahirkan anak yang banyak pada permulaan musim semi, maka telur dan kelinci menjadi simbol kesuburan tanah pada musim semi.

Dalam bahasa Inggris terdapat perkataan "gila seperti terwelu Maret" (Mad as a March hare) untuk menyebut orang yang tindakannya liar dan tidak dapat ditebak bak "terwelu Maret". Peribahasa ini merujuk pada terwelu (kelinci liar) jantan yang berkelahi memperebutkan terwelu betina pada awal musim semi (sekitar bulan Maret). Karena sang betina awal-awalnya akan melawan sang jantan yang mencoba mengawininya, maka gerak-gerik mereka seperti layaknya tarian gila yang jauh dari kebiasaan mereka yang biasanya pendiam. "Kegilaan" tersebut termasuk: bertinju dengan terwelu lain (baik antarjantan maupun betina-jantan), melompat secara vertikal seakan-akan tanpa alasan apa-apa, dan secara umum menunjukkan tingkah laku yang abnormal. KarakterTerwelu Maretdalam cerita "Alice's Adventure in Wonderland" juga diambil dari perkataan tersebut.

Kelinci dan terwelu merupakan binatang yang cepat berkembang biak. Betinanya dapat mengandung kandungan kedua sewaktu masih mengandung kandungan yang pertama. Fenomena ini disebut dengan istilah "superfetasi". Mereka dapat berkembang biak sejak muda dan betinanya dapat melahirkan beberapa kali dalam setahun, sehingga ada perkataan "beranak seperti kelinci". Tidak mengherankan kelinci dan terwelu menjadi simbol kesuburan.

Sedangkan tradisi mewarnai telur telah berlangsung lama. Banyak orang Kristen Ortodoks yang mewarnai merah telur Paskah mereka, yang melambangkan darah Kristus dan hidup baru yang terkait dengan musim semi. Warna telur hijau melambangkan tunas-tunas yang baru yang muncul pada permulaan musim semi. Dalam tradisi gereja, umat Katolik tidak diperkenankan memakan telur selama puasa masa pra-Paskah, sehingga telur menjadi salah satu menu utama hidangan Paskah. Kaum Protestan Jerman yang tidak mau mengikuti tradisi berpuasa tersebut masih tetap memakan telur pada perayaan Paskah.

Telur sejak dulu merupakan simbol kesuburan. Ide tentang kelinci yang bertelur datang dari Amerika Serikat pada abad ke-18. Kaum imigran Jerman di Pennsylvania Jerman memakai istilah Terwelu Paskah seperti yang digunakan nenek moyang mereka di Eropa, bukan Kelinci Paskah. Legenda di kalangan mereka, antara lain yang diceritakan oleh Jakob Grimm pada tahun 1855, tentangOsterhasyang bertelur di sarang warna-warni yang disediakan oleh anak-anak yang tidak nakal.

Legenda Jerman tentang kelinci atau terwelu yang bertelur diperkirakan berasal dari cerita rakyat tentang telur terwelu yang tampaknya merupakan kesalahkaprahan. Terwelu mengasuh anak-anak mereka di atas tanah, tidak di dalam lubang seperti kelinci. Terwelu menggunakan semacam sangkar yang mirip dengan sangkar burung Lawpings. Pada musim semi, penduduk melihat telur burung di sangkar burung yang dikira adalah telur terwelu. (sabda.org)