Intisari-Online.com -Rayap hingga kini dikenal sebagai musuh kayu dan bangunan yang menakutkan. Diperkirakan kerugian akibat serangan rayap di Indonesia setiap tahunnya mencapai sekitar Rp 250 miliar.
Organisme perusak kayu yang hidup sejak 300 juta tahun yang lalu ini, selain populasinya yang tinggi, juga mempunyai daya jelajah yang cukup jauh. Tak hanya di Indonesia, kerugian akibat serangan rayap juga dialami Malaysia. Kerugiannya mencapai 50 juta ringgit Malaysia. Sedangkan di dunia menyentuh angka AS$ 22 miliar.
Hingga kini usaha untuk mengurangi kerugian akibat serangan rayap masih dilakukan masyarakat dengan menggunakan bahan-bahan berbahaya. Nah, LIPI mencoba mencari alternatif cara mengendalikan rayap secara alami yang ramah lingkungan yaitu dengan biokontrol.
Dulu metode yang digunakan untuk menanggulangi rayap adalah dengan proses pengawetan kayu. Pengawet yang digunakan berasal dari bahan kimia. Sekarang penelitian berubah, bukan kayu yang diapa-apakan tapi rayap yang dikendalikan.
Menurut Sulaeman Yusuf,peneliti UPT Balai Litbang Biomaterial LIPI, pengendalian rayap dibagi tiga bagian yaitu pengendalian secara kimiawi, biologis, dan fisik. Dari yang berbahaya sampai ramah lingkungan.
Pengendalian rayap dengan cara fisik tidak menggunakan bahan kimia tapi partikel alami, sehingga pasti akan ramah lingkungan. Hanya saja kendalanya konstruksi rumah agak berbeda.
Kini, ada satu alternatif cara mengendalikan rayap secara alami yang ramah lingkungan yaitu dengan biokontrol. Misalkan dengan menggunakan jamur yang ditemukan di dalam tanah yang diisolasi. Jamur tersebut menimbulkan kematian pada rayap karena mengganggu metabolism rayap. Jamur tersebut masuk ke dalam kulit dan medegradasi enzim yang mengakibatkan metabolisme rayap terganggu.
Selain jamur, ada lagi ekstrak bintaro yang juga dapat mematikan rayap. Ada lima jenis tanaman seperti tembakau, nimba, bintaro, cengkeh, raja sereh. Dari puluhan tanaman ke lima ekstrak tanaman tersebut lebih tinggi dari yang lain. Mungkin akan dikembangkan lagi jenis tanaman baru seperti putri malu.
Metode pengendalian rayap ini meliputi threat, treat, and release. Threat yaitu menangkap beberapa rayap kemudian treat yakni rayap tersebut disemprot dengan bahan kimia kemudian release, rayap tersebut dilepas dengan harapan mereka akan menularkan bahan kimia tersebut kepada koloninya.
Penggunaan jamur dosisnya sendiri tidak terlalu menjadi faktor utama. Jamur yang menempel dalam tubuh rayap akan berkembang. Walaupun berkembang, jamur yang berasal dari tanah tidak membahayakan lingkungan. Tapi kalau dengan proses kimia memang harus dibatasi. Tergantung dari bahan kimia yang digunakan sendiri.
“Kita ingin berusaha bekerjasama dengan wiraswsta untuk mengembangkan teknologi pengendalian rayap yang ramah lingkungan yang saya kira sangat baik untuk masyarakat,” ujar Sulaeman Yusuf, seperti dilansir laman ristek.