Intisari-Online.com - Panorama hijau merupakan kombinasi klop dengan hawa segar pagi hari di Desa Karyamukti, Campaka, Cianjur, Jawa Barat. Pepohonan karet menjulang tinggi.
Tak lama berselang, kebun teh Gunung Manik terhampar bak bukit-bukit mungil yang diselubungi karpet hijau. Para ibu pemetik teh terlihat kontras dengan baju warna-warninya, di tengah kepungan hijau daun teh.
(Baca juga: Gunung Padang, Misterinya Mengundang Banyak Wisatawan)
Di latar belakang, terlihat beberapa gundukan bukit yang sedikit tersamarkan kabut. Ada satu bukit kecil yang menyaru dengan bukit berukuran lebih besar di sekelilingnya.
Ternyata, bukit mungil yang tidak terlalu mencolok itulah yang akhir-akhir ini kembali tenar, karena dugaan kuat para peneliti yang menemukan struktur bangunan di bukit tersebut, yang jauh lebih besar dari bangunan punden berundak di puncaknya yang sudah sejak lama diketahui.
Ya, itulah bukit yang dinamakan Gunung Padang. Cerita tersembunyi tentang peradaban renta Nusantara membuat banyak orang menunggu cerita keluar dari bukit ini.
Situs Megalitikum Gunung Padang terletak di ketinggian sekitar 895 m dpl. Terdiri dari lima teras, yang semakin menjauh semakin meninggi. Puncak tertinggi bangunan punden berundak di puncak bukit Gunung Padang itu sekitar 1.100 m dpl.
(Baca juga: Arkeolog dan Geolog Gugat Hasil Riset Gunung Padang)
Sekelebat, serakan batuan panjang yang tersebar di puncak bukit itu seperti setting Planet Krypton dalam film Superman Returns. Batuan memanjang berbentuk kolom yang disusun vertikal, ada yang miring, ada yang rebah, seperti mencuat dari rerumputan hijau. Berserakan namun terpola.
Teras I adalah teras yang terendah sekaligus yang terluas. Dengan luas sekitar 36 m x 28 m, di teras ini terdapat dua bangunan dominan, yaitu bukit batu berukuran sekitar 3,5 x 3,5 m dan sebuah petak persegi panjang yang dipagari menhir, dengan ukuran petak sekitar 12 x 5 m.
Dari Teras I ke Teras II terdapat tembok batu yang menjulang setinggi sekitar 8 m. Tembok ini sekaligus menjadi pembatas antara Teras I ke Teras II. Di puncak tembok tersebut tumbuh pohon berusia tua yang oleh penduduk sekitar disebut pohon kimenyan.
(Baca juga: Menapaki Pemaknaan Masyarakat tentang Gunung Padang)
Di tiap teras terdapat pola-pola menhir beraturan. Terlihat jelas bahwa batuan itu disusun oleh manusia dengan suatu tujuan. Misalnya di Teras V, terdapat pola menhir melingkar dengan susunan batu di tengahnya.
Menurut Pak Asep, juru kunci Gunung Padang, itu merupakan pandaringan, bahasa Sunda, yang berarti tempat berbaring. Susunan batu di tengahnya menyerupai bantalan kepala. “Ini juga sekaligus sebagai singgasana,” lanjut Pak Asep.
Melihat pemandangan seperti itu, benak mulai menerka-nerka, apa yang dilakukan manusia di sini saat itu? Bagaimana bentuk utuh bangunan ini? Kearifan macam apa yang membuat tempat ini ada? Sejenak, terlintas kedashyatan cerita peradaban manusia di bumi Nusantara.