Intisari-online.com - Tahun 2011 lalu, tepatnya tanggal 11 Maret, beberapa negara terkena bencana Tsunami yang diakibatkan gempa bumi dahsyat yang mencapai 9,0 skala richter. Salah satu negara yang mengalami kerusakan terparah adalah Jepang. Pemerintah setempat menyatakan tidak kurang dari 16 ribu warganya terkena dampak, 6 ribu orang mengalami cedera baik ringan maupun berat, dan tidak terhitung jumlah bangunan yang hancur atau rusak.
Akibat lain dari bencana tersebut adalah munculnya puing-puing yang tersapu oleh tsunami. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) bahkan memperkirakan puing-puing tersebut sangat mungkin mencapai pantai Amerika Serikat dan Kanada dalam beberapa tahun ke depan.
Pemerintah Jepang sendiri memperkirakan jumlah puing yang tersapu ke laut mencapai 5 juta ton. Tujuh puluh persen dari jumlah tersebut langsung tenggelam di dekat pantai Jepang, segera setelah tsunami terjadi. Tapi, tidak ada yang mengetahui nasib dari 1,5 juta puing-puing yang tetap terapung di Samudera Pasifik.
Puing-puing tersebut, sudah tidak lagi dalam bentuk yang utuh, tersebar di sekitar Samudera Pasifik dengan ukuran yang mencapai tiga kali ukuran daratan Amerika Serikat. Sebuah simulasi menggunakan komputer berhasil menggambarkan bagaimana garis tepi dari sebaran puing-puing tersebut mencapai pantai barat Amerika Serikat dan Alaska. Namun, sebagian besar masih nampak di sekitar pantai utara Jakarta.
Meski sudah menggunakan simulasi fisik dan komputer, upaya memprediksi kapan puing-puing tersebut akan sampai di daratan masih sulit diperoleh. Beberapa peneliti percaya bahwa puing-puing tersebut akan tetap menyebar luas dan para pengunjung pantai mungkin akan melihat puing-puing tersebut secara bertahap di pantai yang mereka kunjungi. (LiveScience)