Kunyit, Si Akar Jingga Kaya Khasiat

Rusman Nurjaman

Editor

Kunyit, Si Akar Jingga Kaya Khasiat
Kunyit, Si Akar Jingga Kaya Khasiat

Intisari-Online.com - Siapa tak kenal kunyit (curcumin)? Anggota famili Curcumaceae ini sering digunakan sebagai tanaman herbal sejak zaman nenek moyang. Nilai tambah kunyit juga terletak pada habitat aslinya yang berasal dari Asia Tenggara.

Hampir satu windu ini Fakultas Farmasi UGM meneliti dan mengembangkan senyawa dalam kunyit. Hasilnya, ditemukan beberapa zat aktif dalam kunyit yang menambah khasiat kunyit dari yang selama ini diakui. Di antaranya antiradang, analgesik atau pereda nyeri, antioksidan, dan anti-mikroba. Ini berasal dari penemuan senyawa baru yang disebut kalium dehidrozineton. Senyawa yang juga sintesis kunyit ini telah dipatenkan di Lembaga Paten dan Merk Dagang Amerika Serikat.

Penemuan ini tentu tak lepas dari perkembangan farmakokimia. Cabang ilmu farmasi ini “bertugas” merancang struktur senyawa obat, membuat sintesisnya, dan menguji aktivitas senyawa tersebut terhadap penyakit. Tujuannya, memaksimalkan khasiat obat dan mengurangi efek samping dari senyawa yang diuji semula.

Salah satu hasil dari farmakokimia adalah terciptanya obat baru. Kendati begitu, sintesis dari senyawa yang diuji perlu proses panjang sebelum dijadikan sebagai obat baru. Pasalnya, menciptakan obat baru perlu mempertimbangkan beberapa faktor. Antara lain, pasar, harga obat, kompetitor, dan frekuensi penyakit beserta prevalensi tinggi rendahnya.

Hingga sekarang, beberapa peneliti di Fakultas Farmasi UGM masih mengembangkan dan menggali potensi khasiat kunyit. Komitmen ini diwujudkan dengan mendirikan Curcumin Research Center (CRC), laboratorium yang khusus meneliti kunyit. Niat menciptakan obat dalam negeri memang tak lepas dari cita-cita pendirian CRC. Hal ini akan membuat nama Indonesia lebih terangkat.

Tak hanya kunyit, banyak senyawa berkhasiat yang terkandung dalam obat tradisional lainnya seperti jahe, lengkuas, pala, kencur, dan sereh yang masih perlu digali zat aktif dan sintesisnya. Para peneliti berharap ikhtiar ini dapat terus merangsang perkembangan fakmakokimia di Indonesia.